Berduka Bersama-NYA

Going Deeper, God's Words, 10 April 2020
Lantas dengan segala dukacita yang kita rasakan saat ini, dan mungkin masih berlanjut, apakah Allah sengaja membiarkan kita dan berteriak terus-menerus, “Allahku, Allahku, mengapa Kau tinggalkanku?”

Dear Ignite People,


Apakah kamu merasa gloomy, mellow, down akhir-akhir ini? Tentu sebelum kepulangan Glenn Fredly, Sang Ksatria Cinta, kita sudah punya perasaan ini kok, karena wabah Covid-19. Kami pun juga merasakan hal yang sama. Dan kami mencoba mensyukuri, lewat berbagai sharing dari rekan-rekan penulis Ignite maupun penulis literatur Kristen lain, kami bisa merenungkan makna Jumat Agung ini sebagai sebuah pengingat dan penguat satu sama lain.

***

Seorang Teolog Amerika berlatar belakang Reformed Baptist bernama John Piper baru saja mengeluarkan sebuah karya. Dalam buku terbarunya, Coronavirus and Christ, ia menuliskan pengalaman ketika merasa tak berdaya, duduk memakai baju rumah sakit untuk menunggu proses biopsi (yang kemudian mengonfirmasi dirinya menderita kanker prostat). Pada saat itu, ia seakan mendengar Tuhan menguatkannya, “John Piper, this is not wrath. Live or die, you will be with me.” 


Pernyataan John Piper seolah mengingatkan kita pada kondisi kuartal pertama di tahun 2020 ini, yang mungkin kita tidak tahu, apakah beberapa jam atau hari lagi kita masih bisa hidup atau tidak, dikarenakan wabah Covid-19. Seorang dokter yang kerap bertemu banyak pasien pada masa pandemi ini, bersaksi dan menanyakan kondisi dirinya, “Apakah aku terinfeksi?” Seorang anak muda, dengan kegelisahannya akan pandemi yang semakin menakutkan, juga bertanya, “Apakah aku hidup esok hari?” Bagi yang sehat pun, turut merasakan dukacita karena mendapat kabar sanak saudara yang terisolasi, bahkan meninggal. Banyak bisnis surut dan banyak orang yang terkena PHK, apakah Ignite People juga merasakannya?.

Perasaan kita sebagai orang Kristen yang rajin beribadah secara konvensional, datang ke gedung gereja, mungkin merasa awkward untuk merasakan peribadatan virtual. Sebagian besar para pelayan dan aktivis di gereja maupun komunitas Kristen juga berduka, karena mengalami keterpisahan dengan jemaat yang dilayani di mana pertemuan langsung belum dapat dinikmati. Kita juga berada dalam kondisi berduka di mana ibadah Tri Hari Raya Paskah pun dirayakan bukan di gedung gereja dan tidak bersama rekan jemaat lainnya sehingga kami dan mungkin Ignite People merasakan rindu beribadah di rumah Tuhan.

***

Lantas dengan segala dukacita yang kita rasakan saat ini, dan mungkin masih berlanjut, apakah Allah sengaja membiarkan kita dan berteriak terus-menerus, “Allahku, Allahku, mengapa Kau tinggalkanku?”

Sebelum Yesus mengatakan kalimat tersebut di kayu salib, Ia mengetahui bahwa dirinya juga akan menderita dan murid-murid-Nya pun juga akan menderita. Pada injil Yohanes 16:16-33, setelah Yesus membasuh kaki para murid-Nya, dalam perjamuan terakhir tersebut, ia banyak memberikan wejangan. Tentu suasana mellow, paranoid dan dukacita dirasakan oleh para murid karena kebersamaan mereka dengan Yesus secara ragawi akan berakhir dengan kematian-Nya. Ada dari antara mereka yang tak paham maksud Yesus, ada pula yang merasa tidak rela dengan kepergian Yesus.

Dalam suasana mixed feeling tersebut, Yesus memberikan penguatan:

“Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.” (Yoh.16:22)

Yesus menyampaikan bahwa dukacita yang dialami oleh murid Kristus, akan berganti dengan sebuah kegembiraan sejati yang akan dialami oleh para murid-Nya. Kegembiraan sejati yang tidak bisa dirampas dari mereka yaitu pendamaian dengan Allah, melalui kematian-Nya dan kebangkitan-Nya. Dan pendamaian tersebut juga ia berikan kepada seluruh ciptaan di segala tempat dan zaman, termasuk kita saat ini.

***

Ignite People, dalam penghayatan Jumat Agung, ingatlah bahwa kita punya Kristus yang mati bagi kita - dan fakta itu tidak berubah, apapun situasi kehidupan kita saat ini. Kiranya semakin hari kita makin disadarkan bahwa Tuhan juga turut hadir dalam keseharian kita. Kita aman di dalam pelukan anugerah-Nya, karena Bapa mengasihi setiap kita, yang melalui Kristus, telah diperdamaikan dengan-Nya dan hidup bersama-Nya. 

Sekalipun saat ini kita belum mengetahui keberadaan obat yang menjamin kesembuhan dari Covid-19, belum ada kebijakan terbaik dalam mengatasi perekonomian yang terbengkalai karena pandemi dan masih banyak ketidakpastian dalam hidup ini, yakinlah bahwa saat ini kita sedang berduka bersama-Nya. Dan ketika kita menikmati kebersamaan dengan-Nya, sebuah sukacita akan kita rasakan pula bersama-Nya.


Selamat menikmati dukacita, selamat menanti sukacita, selamat bersama-Nya!

(in collaboration with: Olivia Elena Hakim)

LATEST POST

 

Entah mengapa, tapi ego itu begitu menggoda diri manusia. Ego untuk menguasai, untuk menja...
by Markus Perdata Sembiring | 19 Mar 2024

Keraguan adalah salah satu hal yang sering terjadi di dalam kehidupan kita sebagai manusia. Keraguan...
by Immanuel Elson | 14 Mar 2024

Pemerintahan di dunia ini dilaksanakan dalam berbagai metode, namun pada intinya adalah mengatur sec...
by Oliver Kurniawan Tamzil | 29 Feb 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER