Joy: “Anxiety, kamu tidak berhak mengatur hidupnya.”
⚠️WARNING SPOILER ALERT⚠️
Pada film "Inside Out 2", terdapat plot cerita yang menggambarkan bagaimana Riley memasuki fase remaja yang lebih kompleks dalam sisi emosi. Dikisahkan pada "Inside Out 1", Riley hanya memiliki 5 emosi (Joy/Kesenangan, Sadness/Kesedihan, Anger/Kemarahan, Disgust/Kejijikan, Fear/Ketakutan), namun bertambah pada film ini, yakni Anxiety/Kecemasan, Ennui/Kejenuhan, Envy/Kecemburuan, Embarrassment/Malu, dan Nostalgia.
Inside Out 2Film ini mengangkat benang merah yang sangat baik, khususnya pada pembelajaran pengendalian diri. Orang tua dari Riley yang sudah memahami bagaimana pencampuran lebih dari satu emosi menjadi sebuah ingatan yang baik (dibandingkan membuat memori dari satu sudut pandang emosi) dikejutkan dengan perubahan sikap sang anak yang meledak-ledak. Tak hanya orang tua, para emosi yang berada di dalam kepala Riley pun terkejut karena “papan panel” berubah menjadi warna orange, ungu gelap, pink, hingga biru muda. Seolah melakukan “kudeta” terhadap apa yang sudah dibentuk oleh Joy, Anger, Disgust, Fear, dan Sadness, para emosi baru - khususnya Anxiety - membuang jauh-jauh para tuan rumah, termasuk pohon jati diri Riley yang sudah dibuat oleh Joy.
Singkat cerita, para tuan rumah (Joy, Anger, Disgust, Fear, dan Sadness) mampu mengembalikan keadaan dengan membanjiri “alam bawah sadar” dengan memori-memori yang ada dan memeluk pohon jati diri secara bersama-sama. Joy mencoba mengambil alih, namun terlambat, Anxiety sudah terlalu parah menekan dan menguasai emosional Riley hingga fisik Riley pun mulai mengalami kesakitan (sesak nafas, tubuh gemetar, dan lain-lain). Joy merasa bahwa pikiran yang selalu senang itu tidak baik sehingga yang awalnya ia menancapkan kembali pohon jati diri dengan pikiran senang, dicabut kembali.
Pikiran yang kacau dan emosi yang tak kunjung stabil membuat Joy ikut memeluk pohon jati diri. Tak lama, putaran vortex yang melambangkan penguasaan Anxiety terhadap Riley mulai melemah hingga berhenti. Setelah semua mereda, mendadak tubuh Joy seperti “ditarik”. Sadness yang menyadari langsung memberi tahu Joy bahwa Riley membutuhkannya untuk mengendalikannya kembali. Joy melihat bahwa setiap memori yang ada dengan permasalahan emosi yang ada dapat membuat jati diri dan mindset yang berbeda sehingga membuat Riley menjadi pribadi yang apa adanya dengan pengendalian diri yang baik.
Apa yang dapat dipelajari dari film ini?
Image by Nuthawut Samsok on iStock
“Pengendalian/penguasaan diri” merupakan salah satu bagian dari buah roh yang terakhir disebutkan. Biasanya yang disebutkan terakhir merupakan hal yang remeh temeh. Namun, siapa yang menyangka, bahwa bagian terakhir ini adalah bagian yang paling sulit (menurut saya) untuk dilakukan. Yap, bagaimana tidak, sehari-hari kita harus senantiasa belajar mengendalikan diri dalam hal emosional, seperti memiliki pikiran negatif terhadap hal yang mungkin saja tidak akan terjadi.
Pengendalian diri paling menyangkut hal-hal berbau emosi, tak hanya marah, namun ada senang (joy), sedih (sadness), cemas (anxiety), dan lain-lain. Ketika emosi-emosi ini tidak dapat bekerja sama dengan baik dalam pikiran kita, maka dapat terjadi hal yang tidak diinginkan. Bagi kaum muda, emosi-emosi baru pada Riley mungkin cukup berhubungan, seperti anxiety atau kecemasan yang berlebihan mengenai masa depan yang akan dijalani, rasa iri hati (envy) terhadap materi rekan sejawat, hingga kejenuhan dalam rutinitas keseharian. Alangkah kurang baik ketika seluruh emosi ini menguasai jati diri kita sehingga membuat kita jauh dari Dia yang telah memberikan jalan kehidupan.
Orang yang tidak dapat mengendalikan dirinya adalah seperti kota yang roboh temboknya.
Amsal 25:28
Betul adanya ketika kita cemas terhadap apa yang akan terjadi, ketika kita jenuh terhadap apa yang sedang dijalani, ketika kita marah terhadap apa yang kita terima, ketika kita iri terhadap sesuatu yang diingini, percayalah bahwa Ia senantiasa ada bersama kita. Ia selalu ada dalam setiap cerita proses kehidupan kita. Ia yang terus memegang tangan kita tanpa melepaskannya, bahkan seringkali Ia yang menggendong kita ketika kaki mulai terkulai tak berdaya. Ia yang selalu membantu kita dalam pengendalian diri dan emosi kita.
Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.
1 Petrus 5:7
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: