Di dalam Kristus, hidup kita tidak lagi sama. Bahkan, tidak akan pernah lagi sama seperti yang dahulu. Hal ini dikarenakan kita dikasihi oleh Kristus bukan karena siapa kita, tetapi karena siapa Dia.
Normalnya, tidak ada orang yang menyukai penyusup. Bagaimana tidak? Penyusup adalah orang-orang yang meresahkan yang merusak kedamaian dalam sebuah komunitas. Penyusup adalah orang-orang yang mengacaukan kehidupan yang indah dari dalam. Penyusup adalah orang-orang “jahat” di antara begitu banyaknya orang-orang yang “baik.”
Ketika kita mendengar “Kerajaan Allah,” pikiran kita langsung tertuju kepada hal-hal yang kudus dan benar. Namun yang menjadi pertanyaannya adalah, bagaimana kalau ternyata Kerajaan Allah diisi oleh orang-orang yang tidak benar dan kotor, atau penyusup?
Bila membaca Matius 1:1-6 ini dengan teliti dan rapi, kita akan menemukan adanya keanehan dalam silsilah Yesus Kristus. Keanehan itu terletak pada pencatatan perempuan-perempuan seperti Tamar (ay. 3), Rahab (ay. 5), Rut (ay. 5) dan Batsyeba yang disebut isteri Uria (ay. 6). Beberapa pakar Perjanian Baru juga menemukan hal ini. Craig Blomberg mengatakan bahwa pencatatan nama-nama mereka merupakan “tidak diperlukan dan tidak biasa di dalam silsilah Yahudi.”[1] R.T. France juga mengatakan bahwa perempuan-perempuan ini adalah “kelompok yang sangat tidak biasa.”[2]
Photo by Tim Wildsmith on Unsplash
Apa maksudnya "hal-hal yang tidak biasa dan aneh"?
Pertama, perempuan pada masa Tuhan Yesus adalah manusia yang tidak terlalu dianggap penting. Robert Mounce juga mencatat bahwa “perempuan-perempuan tidak memiliki hak legal dalam zaman Yesus.”[3] Perempuan adalah warga kelas dua pada masa itu.
Kedua, Tamar, Rahab, Rut dan Batsyeba tidak memiliki hubungan darah dengan Israel atau Yahudi. Tamar adalah orang Kanaan (Kej. 38:1-6), Rahab berasal dari Yerikho (Yos. 2:1, 3), Rut merupakan orang Moab (Rut 1:14) dan Batsyeba adalah isteri dari seorang Het (2 Sam. 11:3). Hal ini tentu saja merupakan keanehan dalam silsilah Yahudi.
Ketiga, mereka bukanlah orang-orang yang bersih kehidupannya, terkhusus Tamar, Rahab dan Batsyeba. Tamar adalah perempuan yang menipu dan merayu bapa mertuanya sendiri dengan menyamar sebagai perempuan sundal (Kej. 38:16-18). Rahab adalah seorang perempuan sundal (Yos. 2:1, 6:17). Sementara itu oleh karena hawa nafsu Daud, Batsyeba terlibat di dalam perzinahan. (2 Sam. 11:4)
Dengan kata lain, silsilah Tuhan Yesus ini diisi oleh orang-orang yang dipandang tidak baik, aneh, dan terpinggirkan serta hina.
https://pastorjohntimothy.wordpress.com/2016/08/10/the-anointed-delivery-boy/
Tunggu! Di silsilah Yesus ini ada orang-orang yang baik, kan?
Memang betul bahwa ada tokoh-tokoh yang sepertinya lebih baik. Di dalam ayat 1, nama Daud dan Abraham juga disinggung oleh Matius. Menariknya, Alkitab juga mencatat bahwa Daud dan Abraham tidak memiliki kehidupan yang sepenuhnya bersih dan benar. Abraham berbohong dua kali tentang identitas isterinya Sara, pertama saat di Mesir (Kej. 13:10-20) dan kedua saat bertemu Abimelekh (Kej. 20).
Daud sendiri menulis banyak sekali Mazmur dan menjadi raja Israel yang sukses, tetapi ia juga memiliki kejahatan moral yang besar. Daud berzinah dengan Batsyeba, melakukan pembunuhan berencana terhadap Uria dengan berdarah dingin supaya kejahatannya tidak terungkap (2 Sam 11).
Dari sini kita dapat melihat bahwa bahkan pahlawan-pahlawan iman di Alkitab juga memiliki noda dan cela. Masing-masing memiliki titik kelam dalam kehidupannya, memiliki pergumulan dengan dosa dan kejahatan dan tidak luput dari kegagalan.
Namun, fakta yang lebih menakjubkan di dalam perikop ini bukanlah pada keanehan orang-orang yang terdapat di dalamnya, tetapi bagaimana silsilah Yesus Kristus, Raja dan Juruselamat dunia itu mencakup orang-orang yang cacat moral, terpinggirkan, berdosa dan kacau. Kabar baik tentang Yesus bukan diberikan untuk orang benar, tapi orang berdosa. Yesus justru menawarkan keselamatan bagi mereka yang paling hina dan terpinggirkan menurut dunia.[4] Allah berkenan untuk menerima manusia oleh karena kasih Kristus dan mereka yang “tidak layak” bisa masuk di dalam keluarga Allah karena kasih Allah yang mengalahkan penyimpangan Rohani yang dilakukan manusia.[5]
Image on Peakpx
Tak Lagi Sama
Sadar atau tidak, kita kadang-kadang bisa meragukan keaslian kita sebagai seorang Kristen. Kita jatuh bangun di dalam dosa, kita sering merasa diri kita tidak berharga karena masa lalu yang suram dan tidak baik. Kita merasa kita bukanlah siapa-siapa dan tidak mungkin kita dipakai Allah karena kita adalah orang yang berdosa.
Namun, di dalam Kristus, hidup kita tidak lagi sama. Bahkan, tidak akan pernah lagi sama seperti yang dahulu. Hal ini dikarenakan kita dikasihi oleh Kristus bukan karena siapa kita, tetapi karena siapa Dia. Dia yang mau menerima kita apa adanya, Dia yang mengasihi kita dalam kegagalan kita, Dia yang tidak pernah menyerah dalam hidup kita. Hidup kita tidak lagi ditentukan oleh kesalahan ataupun kegagalan kita, tetapi Kristus yang mengasihi kita. Walaupun kita pernah gagal dan terpuruk, jatuh dalam dosa, tetapi kegagalan dan kejatuhan kita tidak memiliki kata-kata terakhir dalam hidup kita.
Jikalau Kristus sedemikian mengasihi dan menerima kita, maukah kita hidup tidak lagi dibuntuti atau dihantui kegagalan kita, tetapi hidup dengan harapan di dalam Tuhan? Tidak peduli seberapa buruk atau kacaunya kehidupan kita, selalu ada harapan di dalam Yesus yang menerima kita. Di dalam Yesus, tidak pernah ada kata “game over” karena Tuhan tidak selesai membentuk dan memulihkan kehidupan kita. Kita bisa terus maju ke depan dengan jaminan bahwa kita dikasihi dan diterima oleh Tuhan Yesus.
Ignite People, walau menjalani kehidupan ini tidak mudah, jangan pernah menyerah dalam hidup ini. Saya tahu ini klise, tetapi mari kita belajar mengimani dan mengamini bahwa Kristus tidak pernah menyerah dalam mengasihi kita. Jangan berhenti berharap, sebab Kristus tidak akan pernah mengecewakan kita. Ingat kasih-Nya, ingat pengampunan-Nya dan ingat penerimaan-Nya, maka hidup kita tidak akan pernah lagi sama, karena hidup kita dipegang erat oleh tangan kasih Kristus.
[1] Craig L. Blomberg, Matthew, The New American Commentary v. 22 (Nashville: Broadman Press, 1992), 56.
[2] R. T. France, The Gospel of Matthew, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids: Eerdmans, 2007), 36.
[3] Robert H. Mounce, Matthew, 5th printing., New International Biblical Commentary New Testament series 1 (Peabody, Mass: Hendrickson [u.a.], 2005), 8.
[4] Blomberg, Matthew, 56.
[5] Kevin J. Vanhoozer, Faith Speaking Understanding: Performing the Drama of Doctrine (Louisville: Westminster John Knox Press, 2014), 154.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: