Perenungan akan makna reformasi akan membawa kita untuk proclaiming Christ forevermore.
Akhir Oktober biasanya identik dengan satu event, yaitu Halloween. Namun, tidak bagi saya. Bagi saya (dan mungkin bagi sebagian Ignite People yang memahami sejarah gereja), akhir Oktober begitu identik dengan reformasi gereja. Begitu banyak topik yang bisa diangkat dalam rangka reformasi ini, namun pada artikel ini saya tertarik untuk membahas satu tema, yaitu proclaiming Christ forevermore (yang berarti mewartakan Kristus selama-lamanya). Lantas bagaimana koneksi antara reformasi dengan tema ini? Artikel ini akan dibagi menjadi tiga point untuk mempermudah mengaitkan reformasi dengan proclaiming Christ forevermore.
Proclaiming – The Gospel Must Be Proclaimed
Peristiwa yang rasanya selalu disebutkan ketika kita memperingat reformasi gereja adalah kisah Martin Luther yang menempelkan 95 tesis. Namun, pernahkah kita mencari tahu apa yang menjadi isi dari 95 tesis yang ditempelkan Luther? Tentu artikel ini tidak akan cukup untuk membahas semua tesis Luther tersebut, tetapi setidaknya ada satu tesis yang hendak saya bahas, yaitu tesis ke-62.
"The true treasure of the church is the most holy gospel of the glory and grace of God". – Tesis ke-62 [1]
Dalam tesis ini, Luther hendak menyampaikan bahwa Injil Allah adalah hal yang berharga dari sebuah gereja. Pemahaman ini juga yang dibawa oleh Paulus di dalam suratnya kepada jemaat di Roma. Dalam Roma 1:16, Ia mengatakan bahwa Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Paulus tahu benar seberapa besar pentingnya dan berharganya Injil sehingga ia dengan kerelaan hatinya memberitakan Injil. Penderitaan dan penganiayaan tidak bisa mengalahkan kuasa Injil yang hidup di dalam diri Paulus. Ia juga memahami bahwa Injil yang berharga tersebut perlu diberitakan. Dalam Roma 10:14 ia mengatakan “Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?”.
Injil yang berharga ini adalah sesuatu yang harus diberitakan. Semangat reformasi adalah semangat yang membawa kita kembali ke dalam kebenaran Firman Tuhan di dalam Alkitab. Semangat yang membawa kita melihat betapa berharganya Injil. Oleh karena itu, saya pikir reformasi seharusnya tidak berhenti di dalam perdebatan doktrin, melainkan dengan proclaiming Christ forevermore. Berbeda dengan konsep keserakahan di mana kita menyimpan hal yang berharga untuk diri kita sendiri, kekristenan mengajarkan, bahwa hal yang berharga itu, yaitu Injil, harus diberitakan sampai ke ujung bumi (Kis.1:8).
Part of Painting by Raphael - Transfiguration
Christ – The One Whom We Proclaim
Poin kedua dari artikel ini hendak menekankan kepada konten dari apa yang kita beritakan. Kita harus mengingat bahwa Injil menjadi berharga karena Injil menceritakan tentang Yesus Kristus. Salah satu aspek yang sangat identik dengan reformasi adalah lima sola yang menjadi semacam “rangkuman” dari reformasi, dan dari kelima sola yang terkenal itu, poin ini akan memberikan highlight kepada Solus Christus.
Stephen Wellum mengatakan “Christ alone—Solus Christus—is not a slogan; it is the center of the solas by which the Reformers recovered the grace of God and declared the glory of God”.[2] Kristus adalah pusat, dan oleh karena itu maka ketika kita proclaiming Injil, kita tidak boleh melupakan bahwa inti dari Injil itu sendiri adalah Kristus. Implikasi dari pemahaman ini adalah seharusnya ada kesadaran akan pentingnya doktrin Kristologi bagi seorang Kristen. Pengenalan akan Kristus ini juga tidak boleh dilakukan sesuka hati, melainkan pengenalan yang benar akan Solus Christus harus dilandaskan kepada Sola Scriptura. Yesus Kristus adalah Firman (Yoh.1:1) yang menyatakan diri-Nya kepada manusia. Oleh karena itu, Ia (Kristus) harus dipahami sebagaimana Ia menyingkapkan diri-Nya melalui Alkitab.
Pada masa ini, begitu banyak pengajaran mengenai Kristus yang tidak berlandaskan Alkitab dan semakin banyak pula orang yang percaya akan hal tersebut.[3] Hal ini seharusnya menjadi perhatian kita, terutama dalam masa mengenang peristiwa reformasi ini. Artikel ini hendak memberikan sebuah peringatan akan urgensi untuk “menghidupkan kembali” doktrin Kristologi yang biblikal.
Forevermore – Proclaim Untill the End of Age
Amanat Agung yang Tuhan Yesus berikan kepada murid-murid-Nya ditutup dengan, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.” Janji penyertaan Tuhan Yesus ini ada dalam konteks perintah Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya untuk melakukan Amanat Agung. Sehingga bisa dikatakan bahwa kita harus terus menerus mewartakan Injil itu sampai kepada akhir zaman, atau dengan kata lain selama-lamanya.
Kita hidup di antara kedatangan Tuhan Yesus yang pertama, dan yang kedua. Oleh karena itu, kita memiliki pengharapan oleh karena karya-Nya pada kedatangan yang pertama. Namun jangan lupa bahwa kita juga masih memiliki pengharapan akan kedatangan-Nya yang kedua. Sambil menanti kedatangan-Nya itu, biarlah kita terus mengerjakan tugas kita untuk proclaiming Christ.
Image on iStock
Kesimpulan
Dengan mengingat reformasi 507 tahun yang lalu, kita juga diingatkan terhadap tugas kita untuk proclaiming Christ forevermore. Melalui artikel ini juga saya memiliki kerinduan untuk orang-orang Kristen boleh memiliki pemahaman Kristologi yang biblikal, serta mau menjalankan tugas Amanat Agung yang Tuhan Yesus berikan sampai kita bertemu secara langsung dengan Dia, Tuhan dan Juruselamat kita. Soli Deo Gloria!
[1] “Martin Luther’s 95 Theses,” diakses 30 Oktober 2024, https://www.luther.de/en/95thesen.html.
[2] “5 Reasons Solus Christus Is at the Center of the Five Solas,” Zondervan Academic, diakses 30 Oktober 2024, https://zondervanacademic.com/blog/solus-christus.
[3] Stefani McDade, “Top 5 Heresies Among American Evangelicals,” Christianity Today, diakses 30 Oktober 2024, https://www.christianitytoday.com/2022/09/state-of-theology-evangelical-heresy-report-ligonier-survey/.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: