Iman yang Tidak Berhenti Bertanya

Going Deeper, God's Words, 01 July 2024
Keseimbangan iman dan akal budi dalam berteologi seharusnya membuat teologi menjadi way of life. Selain menyelaraskan iman dan akal budi, perbuatan dalam hidup sehari-hari juga harus diselaraskan.

Iman seringkali diterima tanpa dipertanyakan. Bagi beberapa orang, mempertanyakan iman dianggap dosa besar karena dapat membawa kepada kesesatan. Penulis pernah hidup dalam komunitas Kristen fundamentalis yang melarang jemaat menggunakan akal dalam beriman, bahkan percaya doa lebih manjur daripada obat. Ritual ibadah dan sakramen menjadi kewajiban tanpa makna yang jelas. Namun, penulis ingin mempertanyakan dan mencoba menjawab tujuan dari semua ini.

Abad Kegelapan dan Awal Teologi

Di Eropa Barat, awal abad pertengahan dikenal sebagai abad kegelapan. Pasca runtuhnya Kekaisaran Romawi pada tahun 476, dunia barat dilanda serbuan bertubi-tubi oleh orang Islam melalui Spanyol dan bangsa Skandinavia di Utara. Zaman itu penuh pergolakan dan anarki, hampir menghancurkan peradaban. Teologi pada masa itu terbatas di kalangan monastik, tidak dipelajari secara akademik dan hanya dapat diakses oleh orang-orang tertentu. Gereja pada awal abad pertengahan membuat jemaat Kristen menerima iman dan ajaran teologi begitu saja tanpa memahami esensi yang dia lakukan. Alkitab dianggap barang mewah yang hanya dimiliki oleh orang kaya atau pejabat tinggi Gereja, sementara umat awam hanya diajarkan untuk menghayati ekaristi, karena misa diadakan dalam bahasa Latin yang dianggap sebagai bahasa suci pada masa itu.

Pergerakan Pendidikan Teologi

Abad ke-11 adalah masa pergerakan baru. Para rahib Benediktin di Paris memulai pendidikan teologi bagi kaum awam. Teologi mulai dipelajari di luar biara, khususnya di perguruan tinggi, sehingga masyarakat awam dapat mempelajari teologi. Para teolog menghadapi masalah hubungan antara iman (teologi) dan akal (filsafat). Pendekatan baru dalam teologi, yaitu skolastik atau akademik, identik dengan bertanya, logika, refleksi, dan diskusi. Teologi tidak hanya sekadar perenungan saja, tetapi juga harus dimengerti oleh akal budi manusia. Ini memulai ketegangan antara akal budi dengan iman.

Anselmus: Iman Mencari Pengertian



Anselmus (1033-1109), Uskup dari Canterbury, dikenal dengan semboyan "fides quaerens intellectum" (iman mencari pengertian). Menurut Anselmus, iman adalah awal dari pengetahuan, harus diterima dan diyakini terlebih dahulu supaya Tuhan membimbing rasional kita untuk memahami iman tersebut. Allah adalah sesuatu yang paling tinggi, yang lebih besar dari segala yang dapat dipikirkan oleh manusia, maka keberadaan Allah harus diterima begitu saja. Argumen Anselmus mengenai kebesaran Allah dikenal sebagai argumen ontologis.

Petrus Abelardus: Pengertian Menemukan Iman

Petrus Abelardus adalah filsuf skolastik dan teolog terkenal abad pertengahan. Dia juga dikenal sebagai komponis dan penyair. Abelardus adalah pemikir cemerlang sekaligus "anak nakal" karena hasrat seksualnya. Dia menulis kisah hidupnya sendiri dalam buku Historia Calamitatum Mearum (Kisah Malapetaka Diriku). Abelardus berusaha menikahi Heloise diam-diam, namun gagal karena pernikahan akan mengakhiri karier akademisnya. Akhirnya, Heloise disuruh masuk biara dan Abelardus dikebiri oleh keluarga Heloise.
Tahun 1122, Abelardus menulis buku Sic et Non (Ya dan Tidak), yang memuat 158 pernyataan bertentangan dari para Bapa Gereja tentang masalah iman, sakramen, dan cinta. Menurut Abelardus, jalan menuju kebenaran adalah dengan meragukan, mempertanyakan, dan mencari jawaban. Keraguan bukanlah dosa, tetapi titik awal pengetahuan. Iman berkembang sesuai perkembangan zaman, sehingga kita tidak bisa menerima begitu saja warisan dari Bapa-bapa Gereja tanpa mempertanyakannya.

Kekritisan Abelardus membuat kelompok yang mengedepankan iman dibandingkan akal tidak nyaman. Bernard dari Clairvaux, salah satu pemimpin kelompok tersebut, khawatir kekritisan Abelardus akan menghancurkan Gereja. Pada konsili Sense tahun 1140, diputuskan bahwa ajaran Abelardus sesat, tulisannya harus dibakar, dia dilarang mengajar, dan diasingkan ke biara kecil Saint-Médard de Soissons di Perancis. Namun, Abelardus tetap taat pada Gereja dan ajarannya diteruskan oleh muridnya, Petrus Lombardus.

Iman yang Tidak Berhenti Bertanya

Keraguan yang mengantar kita pada iman sangat penting dalam kehidupan gereja masa kini. Gereja seringkali mendikte jemaat tanpa memberikan pemahaman yang mendalam. Baik Anselmus maupun Abelardus menganggap penting baik iman maupun logika, hanya berbeda di titik awalnya saja. Jika Anselmus berawal dari kepercayaan, Abelardus berawal dari keraguan. Keraguan, mencari, dan menemukan, menurut Penulis, membuat iman tidak jatuh pada legalitas belaka, justru menjadi teguh karena ditemukan sendiri.

Iman dan akal saling berkait kelindan dalam kehidupan sehari-hari, membentuk kesatuan yang holistik. Pengenalan akan Tuhan seharusnya terus menerus berlangsung selama manusia hidup. Ketika seseorang merasa sudah mengenal Tuhan sepenuhnya, dia akan menjadi sombong dan eksklusif, tidak bisa menerima perbedaan. Akal kita terbatas, dan ketika akal tidak lagi mampu menjawab, iman dibutuhkan untuk bertahan dalam ketekunan mencari jawaban.

Keseimbangan iman dan akal budi dalam berteologi seharusnya membuat teologi menjadi way of life. Selain menyelaraskan iman dan akal budi, perbuatan dalam hidup sehari-hari juga harus diselaraskan. Pertanyaan mana yang lebih dulu, iman atau akal, tidak perlu lagi dijawab. Pendapat Anselmus atau Abelardus juga tidak perlu diperdebatkan. Keduanya muncul bersamaan, dan keseimbangan iman dan akal budi membuat teologi tidak hanya kepercayaan dan pengertian, tetapi juga menjadi cara hidup.

LATEST POST

 

Hari ini, 10 November, adalah Hari Pahlawan. Sebagai orang Kristen kita juga diajak untuk meneruskan...
by Christo Antusias Davarto Siahaan | 10 Nov 2024

Akhir Oktober biasanya identik dengan satu event, yaitu Halloween. Namun, tidak bagi saya. Bagi saya...
by Immanuel Elson | 31 Oct 2024

Cerita Cinta Kasih Tuhan (CCKT) Part 2 Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti talkshow&n...
by Kartika Setyanie | 28 Oct 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER