Bedanya adalah Villain memiliki mimpi dan tujuan yang baik, tetapi mereka berhenti mau bertumbuh dan merendahkan diri untuk direvisi. Sedangkan, hero Lebih dari seseorang yang mau memperjuangkan cita-cita mereka, dan itu lebih dari seseorang yang memperjuangkan kebaikan yang lebih besar, atau kebutuhan dari orang lain. Hero adalah mereka yang mau belajar, berduka, bergulat, tumbuh agar dibentuk oleh proses. Atau mereka adalah orang-orang yang mau kenosis atau mengosongkan diri, sehingga bertumbuh dalam proses oleh Allah
Hari ini, 10 November, adalah Hari Pahlawan. Sebagai orang Kristen kita juga diajak untuk meneruskan kepahlawanan dari para pahlawan. Namun, bagaimana cara menjalaninya? Yuk, kita simak.
Mari merenungkan Hari Pahlawan bersama Marvel Cinematic Universe. Di Marvel, sama seperti kisah superhero umumnya, ada tokoh hero yaitu pahlawan yang baik dan villain yaitu penjahat. Biasanya, ada konflik di antara keduanya, tetapi apakah yang membedakan keduanya? Jika hero memiliki tujuan baik dan mulia, apakah Villain itu pasti punya tujuan jahat, egois, merusak?
Jika kita menonton film-film Marvel Cinematic Universe, hero dan villain tidak seperti itu juga, dan tak sederhana. Sering kali para villain justru digambarkan memiliki tujuan dan visi bagi kebaikan alam semesta maupun manusia, bahkan mereka adalah hero," juruselamat" dalam pikiran mereka masing-masing. Thanos contohnya. Thanos adalah musuh dari The Avengers di sekuel terbaru mereka. Thanos berusaha mengumpulkan infinity stones untuk menghapus setengah dari populasi alam semesta. Bagi Thanos, jika populasi terlalu banyak, maka sumber daya alam tidak akan cukup mencukupi kebutuhan populasi, yang pada akhirnya membawa kehancuran bagi alam semesta.
Apa bedanya Thanos dengan para hero atau pahlawan, seperti Ironman dan Captain America? Apakah karena Ironman dan Captain America selalu punya tujuan dan cara yang baik? Tidak seperti itu, Ferguso. Di film Captain America: Civil War, mereka berdua berkonflik dan bertarung sampai The Avengers bubar dan menghasilkan banyak hal negatif. Jadi, mereka pun bisa salah dan menghasilkan dampak buruk yang juga dihasilkan oleh para villain.
Terus apa bedanya? Hero dan villain sama-sama berkorban dan berusaha dengan tekad, bahkan Thanos harus dengan rela mengorbankan putrinya. Mari kita lihat kisah Thanos dan Ironman untuk melihat perbedaan hero dan villain. Thanos di film Infinity War, berusaha sekuat tenaga, tetapi di Endgame, rencananya digagalkan Avengers, serta impiannya supaya dunia tenang dengan cara menghapus setengah populasi pun, ketika setengah populasi hilang, ternyata dunia malah tetap ada penderitaan. Respons Thanos? Dia tidak meratap, lalu mengoreksi visinya, bahkan dia beringas untuk menghancurkan semua orang yang menghalanginya.
Berbeda dengan Thanos, Ironman selalu membuka ruang untuk dikoreksi, mendengarkan, meratap dan bertumbuh. Ketika Thanos menang di film Avengers: Infinity War, penyebabnya adalah Avengers sedang tidak bersatu, karena Ironman dan Captain America bersikeras dengan ideologi masing-masing. Ketika kalah, Ironman mengambil waktu meratap, merendahkan dirinya. Kemudian, dia mau merendahkan diri untuk berdamai dengan Captain America, begitu pula dengan Captain America. Sebenarnya, Ironman selalu berusaha berubah. Sepanjang kisah Ironman atau yang juga dikenal sebagai Tony Stark ini digambarkan bertumbuh. Dahulu, dia konglomerat dan playboy yang mementingkan ketenaran dan egois. Namun, saat dia mengalami persoalan, yaitu ditangkap oleh teroris, Stark merendahkan diri dan bertumbuh menjadi orang yang semakin rendah hati dan mau berkorban.
Bedanya apa? Bedanya adalah villain memiliki mimpi dan tujuan yang baik, tetapi mereka berhenti mau bertumbuh dan merendahkan diri untuk "direvisi". Sebaliknya, hero lebih dari seseorang yang mau memperjuangkan cita-cita mereka, dan itu lebih dari seseorang yang memperjuangkan kebaikan yang lebih besar, atau kebutuhan dari orang lain. Hero adalah mereka yang mau belajar, berduka, bergulat, tumbuh agar dibentuk oleh proses. Atau mereka adalah orang-orang yang mau kenosis atau mengosongkan diri, sehingga bertumbuh dalam proses oleh Allah.
Di Alkitab ada sangat banyak contoh, kita ambil Paulus. Sebelum menjadi rasul, Paulus berusaha membunuh orang-orang Kristen, itu dia anggap sebagai bentuk berjuang bagi keadilan Allah. Namun, saat matanya menjadi buta karena melihat Yesus, dia mau mengosongkan diri, dia berkenosis! Sehingga ia bertumbuh menjadi seorang rasul yang giat.
Terus bagaimana memaknai hari pahlawan, mari maknai bahwa ketika kita hendak meneruskan kepahlawanan, para pahlawan yang telah gugur mendahului kita, kita bukan hanya buat mimpi bagi bangsa dan sesama, tetapi kita mau mengosongkan diri, kenosis untuk direvisi, dibentuk oleh proses oleh Allah yang mengasihi bangsa ini.
Bagaimana itu? Di kehidupan berbangsa dan bernegara, kita mungkin punya mimpi bagi masyarakat. Namun, pertanyaannya, apakah mimpi tersebut terbuka untuk koreksi, terbuka untuk dibetulkan? Jangan-jangan mimpi kita ternyata malah memberatkan masyarakat. Di pelayanan gereja? Tetapi maukah mengosongkan diri/kenosis untuk mimpi, visi, dan karakternya dibentuk dan diproses oleh Allah?
Ambil banyak dari:
Mitchell, K. L. (2020). What did it cost? Sacrifice and kenosis in The Infinity Saga. In G. Stevenson (Ed.), Theology and the Marvel Universe (pp. 7-24). Lexington Books/Fortress Academic.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: