Ah, Hidup Ini Tidak Adil!

Going Deeper, God's Words, 11 March 2020
Ketika kita mengeluhkan berbagai hal mengenai orang lain dan situasi, yang semakin memperkuat perasaan mengasihani diri, sebenarnya kita tidak sedang melakukan apa-apa untuk kehidupan setelah kematian.

Akhir-akhir ini aku membaca kitab Yosua, hingga tiba pada persoalan membagi-bagi jatah tanah kepada seluruh bangsa Israel itu (mulai dari pasal 14). Yang menarik pada pasal 17, suku Efraim & suku Manasye mengeluhkan ke Yosua – yang adalah pemimpin mereka – mengenai ‘ketidakadilan’ Yosua yang hanya membagikan satu bagian undian dan satu bidang tanah saja, sedangkan jumlah bangsanya begitu banyak (ay.14). Seakan belum puas ‘protes’, mereka melanjutkan bahwa orang-orang Kanaan memiliki kereta besi, sehingga mereka tidak dapat (atau tidak mau) menghalaunya (ay.16), padahal Yosua sudah menyuruh mereka untuk ke hutan dan buka tanah di sana (ay. 15).

Mungkin sebagian besar dari kita seringkali mengeluhkan hal yang seolah-olah menjadi ‘hak’ kita, dan mengklaim “TUHAN kan memberkati aku” (sebagaimana kliam kedua suku itu di ay.14). Lalu kita terus mencoba mencari pembenaran bahwa kita memang pantas mengeluh (aka. protes).

“Ah, hidup ini TIDAK ADIL!”

“PERCUMA, pasanganku/temanku TIDAK MENGERTI aku!”

“BOSKU kerjaannya cuman bisa nyuruh-nyuruh!”

“Males ah, dia orangnya baperan, dia terlalu cuek, dia begini dan dia begitu…”

“Helo, gue punya harga diri, gue gak terima apa yang lu katakan dan perbuat!”

“Tuhan, kenapa aku cuma sendirian, tidak ada yang peduli, tidak ada yang mendukungku?”

“Kenapa mereka tidak mau mendengarkanku?”

Perhatikan setiap keluhan kita, bukankah sebagian besar menyangkut orang lain atau situasi di luar diri kita? Kita berusaha memperjuangkan yang seolah-olah ‘hak’ kita – untuk didengarkan, dipedulikan, dihargai, dimengerti, dst – dan menyalahkan/mengatur (dalam pikiran dan dalam tindakan) bahwa dia/mereka/situasi/Tuhan ‘seharusnya’ tidak demikian. Dan dalam kondisi demikian, kita semakin meragukan apakah Allah sungguh peduli? Apakah Allah sungguh ada? Apakah Allah betul-betul memberkatiku? dan sederet keraguan lainnya.

Bukankah itu yang menjadi beban hidup terasa semakin berat?

Bukankah keluhan ini mengungkapkan betapa tinggi EGO kita dan bukannya berpikir mengenai apa yang harus dilakukan, melainkan hanya berpusat pada diri sendiri.

Sekalipun kalau mau coba dipahami, di balik keluhan sebenarnya ada ketidakberdayaan, ketakutan (sebagaimana Efraim & Manasye takut menghalau Kanaan yang berkereta besi), ‘crying and asking for help’, hati yang membutuhkan empati dan dukungan, dan memang itu semua (didengarkan, dipedulikan, dihargai, dan dimengerti) adalah KEBUTUHAN mendasar kita sebagai manusia. 

Namun, di ay.17-18 Yosua menyatakan dengan jelas, “Engkau ini bangsa yang banyak jumlahnya dan mempunyai KEKUATAN YANG BESAR; tidak hanya satu bagian undian ditentukan bagimu, tetapi pegunungan itu akan ditentukan bagimu juga, dan karena tanah itu hutan, haruslah kamu membukanya; KAMU AKAN MEMILIKINYA SAMPAI KEPADA UJUNG-UJUNGNYA, sebab kamu akan menghalau orang Kanaan itu, sekalipun mereka mempunyai kereta besi dan sekalipun mereka kuat.”

Dari sini kita dapat merefleksikan 3 hal bagaimana menghadapi hidup yang tidak adil:

  1. Ungkapkan keluhan dengan mengakui ketidakberdayaan kita di hadapan Tuhan.

Dapatkah kita diam sejenak dan menyadari bahwa sesungguhnya mungkin kita tidak bermaksud menyalahkan orang lain atau situasi, melainkan itu adalah ungkapan ketidakberdayaan. Lelah terus berharap kepada manusia dan situasi yang selalu tidak menyenangkan? Maka berhentilah, dan taruh pengharapanmu kepada Sang Sumber kekuatan. Karena ketika kita tidak berdaya (dan mengakuinya), saat itulah titik dimana kita dapat melihat bahwa satu-satunya yang kita butuhkan adalah penerimaan dan kekuatan dari TUHAN.

  1. Terima fakta bahwa hidup penuh ketidakadilan dan ganti sudut pandangmu dengan bersyukur.

Cara sederhana untuk tidak stres adalah menerima kenyataan yang ada dan belajar mensyukuri itu. Ya, tidak sesederhana mengatakannya, namun jika kita belajar untuk membiasakan diri dalam hal bersyukur, maka kita dapat melihat dari sudut pandang mengapa Allah membiarkan hal-hal itu terjadi dalam kehidupan kita. Bukankah Allah terus berjanji bahwa Ia akan menyertai kita senantiasa pada akhir zaman? Bukankah Allah terus mengatakan bahwa pencobaan-pencobaan yang kita alami tidak akan melebihi kemampuan kita? Bukankah Paulus juga mengatakan justru Kasih Karunia Tuhan nyata saat kelemahan diijinkan terjadi? Percayalah bahwa dengan bersyukur disertai dengan iman bahwa Tuhan berdaulat, hidup kita akan terasa lebih ringan.

  1. Kejarlah sesuatu yang lebih bernilai kekal.

Seperti kita ketahui bahwa hidup ini fana, maka apapun yang kita kejar dan kita lakukan yang berkaitan dengan diri sendiri sesungguhnya tidak akan berujung kemana-mana, selain peti berukuran 2x1m. Ketika kita mengeluhkan berbagai hal mengenai orang lain dan situasi, yang semakin memperkuat perasaan mengasihani diri, sebenarnya kita tidak sedang melakukan apa-apa untuk kehidupan setelah kematian. Untuk apa bersusah-susah mengeluhkan mengenai perlakuan teman, sahabat, pasangan, bos, dst tanpa belajar mengubah diri dan melakukan sesuatu yang lebih bermakna, seperti belajar berkomunikasi? Mari sama-sama belajar memikirkan apa yang bisa kita lakukan dalam dunia yang begitu singkat ini, sampai kita mengakhiri pertandingan dan Tuhan akan memahkotai kita dengan mengatakan “Hai hambaku yang baik dan setia…” dan kita mencapai apa yang Tuhan janjikan, “kamu akan memilikinya sampai kepada ujung-ujungnya”.

LATEST POST

 

Film siksa kubur resmi tayang pada 11 April 2024, dan sebagai penikmat karya Joko Anwar, kami langsu...
by Ari Setiawan | 16 Apr 2024

Takut tambah dewasaTakut aku kecewaTakut tak seindah yang kukiraIgnite People, penggalan lirik lagu...
by Emmanuela Angela | 10 Apr 2024

GetsemaniDomba putih di penghabisan jagal Merah kirmizi di kandungan sengsara atas cawan yang kesumb...
by David Ryantama Sitorus | 10 Apr 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER