Emang pantes ya gua diginiin? Gua ga minta dihargai ko, seenggaknya gak usah nambah masalah aja bisa gak sih? Gua kurang baik apa sih?
Mungkin kurang lebih pertanyaan seperti itulah yang keluar waktu itu ketika kita dihadapkan dengan masalah. Kadang terpikir mengapa kita menerima masalah dari kesalahan orang lain meskipun kita sudah berbuat baik? Pada keadaan ini seringkali kita mengalami overthink untuk mencari alasan rasional mengapa kita mendapat masalah seperti ini. Mencari persimpangan dimana semuanya menjadi salah, mencari cara bagaimana kita akan keluar dari masalah ini, hingga mencari jalan tercepat untuk keluar dari masalah ini. Belum lagi perasaan negatif yang datang dari masalah yang kita alami. Rasa sedih, kecewa, atau marah melingkupi kita hingga menutup mata kita untuk melihat masalah tersebut dengan objektif. Dengan adanya overthink serta perasaan yang negatif seringkali kita tidak lagi berpikir sehat kita mencoba mencari pelarian dari masalah yang kita hadapi. Dengan pelarian, kita tidak perlu memikirkan masalah yang kita hadapi. Bahkan dengan pelarian kita bisa merasa senang walaupun sesaat. Namun apakah itu yang Tuhan inginkan?
Kisah dari Lazarus ini menarik untuk kita jadikan renungan. Bagaimana tidak? Dengan mukjizat-Nya Yesus bisa membangkitkan orang mati. Kisah ini sering menjadi gambaran seberapa besar mukjizat Yesus bisa bekerja. Namun ada sisi lain dari kisah ini yang kita bisa coba renungi dari Yohanes 11.
Lazarus adalah saudara dari Maria dan Marta dimana saat itu Lazarus sedang dalam kondisi sakit. Maria dan Marta memberi kabar pada Yesus tentang kondisi Lazarus. Namun setelah mendengar kabar itu, Yesus memilih secara sengaja untuk tinggal di tempatnya selama dua hari lagi. Yesus pun berkata “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tapi kemuliaan Allah sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.” Setelah dari sana akhirnya Yesus pergi ke Betania untuk mengunjungi Maria dan Marta. Ketika Yesus tiba di Betania, Lazarus telah mati dan Ia bertemu dengan Marta. Marta berkata “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.” Lalu jawab Yesus “ Akulah kebangkitan dan hidup barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati,dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?". Dan dengan tegar Marta menyatakan kepercayaannya pada Yesus. Lalu Marta memanggil Maria untuk bertemu dengan Yesus. Maria pun berkata kepada-Nya, “ Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak akan mati.” Lalu ketika Yesus melihat Maria menangis, Yesus ikut merasakan kesedihannya Ia masygul dan ikut terharu merasakan perasaan Maria. Maka dari situ Yesus bertanya dimana mereka membaringkan Lazarus. Ketika itu Yesus meminta mereka mereka mengangkat batu kubur itu namun Marta mengatakan bahwa Lazarus sudah mati empat hari, Ia sudah berbau. Lalu Yesus menjawab, “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?” Lalu Yesus menghadap langit dan berdoa lalu memanggil Lazarus dengan suara keras. Maka Lazarus keluar dengan kain yang masih melapisi tubuhnya.
Kisah ini menarik untuk dijadikan renungan ada dua poin yang bisa kita ambil dari kisah Lazarus.
Pertama, perasaanmu itu valid, Tuhan ikut merasakan perasaanmu. Dalam permasalahan kita mungkin bersifat denial kita tidak memberi afirmasi pada perasaan kita sendiri. Kita tidak mau mengakui bahwa diri kita sedang dalam masalah. Kita mencari pelarian sejauh mungkin untuk menghindari perasaan dan pikiran yang disebabkan dari masalah ini. Tapi kita bisa pelajari dari kisah Lazarus ini. Maria menangis ketika memberi tahu Yesus bahwa saudaranya sudah mati. Dia meminta Yesus untuk menyembuhkan Lazarus, namun Yesus dengan sengaja menambah 2 hari di kota sebelumnya. Kita bisa mengerti perasaan sedih yang dialami Maria. Namun apa yang Yesus lakukan, apakah dia diam saja? Apakah dia tidak peduli dengan Maria? Tertulis di ayat 33 dan 35 Yesus turut merasakan kesedihan yang Maria alami dan menangis. Tuhan tidak menangis karena kematian Lazarus karena Ia tahu Lazarus akan hidup. Namun Ia menangis karena ikut merasakan kepahitan yang dialami Maria. Di sini saya menangkap bahwa Tuhan tidak serta merta memberikan masalah, lalu kita mendapatkan character development, lalu menjadi pribadi yang baru. Melainkan Tuhan menemani kita di setiap masalah kita Tuhan dan tahu persis perasaan kita. Ia ikut menangis kala kita bersedih, Ia ikut terharu ketika kita terharu. Maka dari situ Tuhan mau mengingatkan bahwa perasaan kita itu valid dan Tuhan pun merasakannya. Kita juga diharapkan memiliki sifat seperti Maria, ketika ada masalah pelariannya bukanlah ke dunia melainkan kepada Tuhan. Meskipun kekecewaannya datang dari Yesus yang sengaja tidak langsung datang ke Betania, Ia tetap mencari pelarian pada Tuhan. Jangan pernah merasa sendiri teman-teman ketika menghadapi masalah, karena selalu ada Yesus yang ikut merasakan perasaan teman-teman itu semua.
Kedua, tentang seberapa besar imanmu kepada Tuhan. Keadaan sulit dan masalah yang bahkan kita tidak punya alasan logis bagaimana ini semua akan berakhir, pada titik inilah Tuhan menguji seberapa besar iman kita kepada-Nya. Maria mengatakan seandainya Yesus ada di sana Ia yakin Lazarus masih hidup. Ketika Tuhan meminta mengangkat batu, Maria pun mengatakan Lazarus sudah berbau, Ia sudah empat hari mati. Pada dua kejadian tersebut digambarkan sifat manusia yang percaya akan pemikirannya sendiri. Namun apakah Maria dan Marta kehilangan imannya? Tentu tidak. Mereka masih percaya kepada Yesus dan segala perkataan-Nya. Dan apa yang terjadi jika kita memiliki iman kepada Tuhan? Entahlah pemikiran kita sebagai manusia sangat terbatas, Tuhan bisa melampaui itu semua bahkan orang mati pun bisa dihidupkan-Nya.
Maka pada setiap masalah yang kita hadapi percayalah Tuhan selalu mengerti perasaan kita. Tuhan tau apakah kita sedih, kecewa, marah karena Ia sendiri ikut menemani kita dalam masalah. Ia tidak meninggalkan kita sendiri untuk keluar dari masalah. Memang terkadang perasaan tersebutlah yang membutakan kita dari kehadiran Tuhan pada keadaan kita. Dari masalah ini juga Tuhan ingin mengetahui seberapa besar iman kita kepada-Nya. Kita harus terus mengandalkan Tuhan seberapa berat pun keadaan yang kita terima. Tuhan tidak ingin kita melihat hidup ini sebagai masalah, namun Tuhan ingin mengajak kita melihat hidup sebagai kelimpahan. Karena bukankah dengan proses yang berat tujuan kita akan lebih berarti?
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: