Berlayar Tak Berbekal

Best Regards, Live Through This, 29 June 2021
Mungkinkah kita berlayar tanpa bekal yang memadai?

Siapa, nih, di antara Ignite People yang termasuk seafood lovers?


Eitsss... bukan soal seafood-nya yang mau aku bahas, tapi orang-orang di balik hidangan lezat ini. Pernah enggak kita membayangkan perjuangan bagi mereka yang mencari dan mengumpulkan ikan, udang, cumi, kepiting, dan beragam macam seafood lainnya? Yaps, nelayan. Mereka giat menebarkan jalanya guna memenuhi kebutuhannya. Berbagai resiko harus para nelayan ini hadapi, salah satunya karena faktor cuaca yang tak menentu. Bahkan, seringkali mereka harus tidak pulang dalam jangka waktu tertentu. Tidak terbayangkan, kan, kalau bekal yang mereka bawa tak cukup hingga akhirnya kembali pulang ke rumah?



Bagaimana para nelayan tersebut dapat tetap berlayar tanpa bekal?


“Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” --Matius 5:3


Ayat ini mungkin membuat kita terheran-heran. Bagaimana tidak? Masa' dikatakan, “Orang yang miskin di hadapan Allah akan berbahagia, karena mereka yang punya Kerajaan Sorga"? Hah? Kok, gitu, sih? Apa berarti Tuhan ga senang kalau kita kaya dan sukses, sehingga hidup kita terjamin?



Dari ayat tersebut, aku teringat kisah Dr. Lie Dharmawan. Beliau merupakan seorang dokter yang dijuluki sebagai “dokter gila”. Bagaimana tidak? Beliau membeli sebuah kapal barang untuk memulai pelayanan kesehatan secara sukarela bagi para rakyat yang kurang mampu. Dr. Lie membeli sebuah kapal barang dengan menjual rumahnya untuk down payment-nya (DP), yang kemudian dicicil selama setahun.


Mengetahui ide “gila” ini tanpa dasar yang jelas, siapa yang mau direkrut untuk menjadi bagian dalam timnya? Mungkin kita juga akan bertanya-tanya, “Bagaimana memenuhi kebutuhannya dan keluarga? Kalau untuk memulainya saja, beliau sudah menjual rumah, dilakukan untuk pelayanan sukarela.” Bahkan saat itu, hanya ada satu orang perawat yang mengikutnya pertama kali.


Sebenarnya, “kegilaan” Dr. Lie bukanlah tanpa alasan. Sebelum membuka Rumah Sakit Apungnya, Dr. Lie bekerja sama dengan seorang pastor dari salah satu gereja Katolik yang melaksanakan pelayanan ke daerah-daerah terpencil. Dalam salah satu pelayanan mereka di Pulau Kei Kecil yang berada di Maluku Utara pada 26 Maret 2009, ada seorang ibu dari Saumlaki yang membawa putrinya dalam kondisi menderita penyakit berat, yaitu usus yang terjepit. Putri tersebut berumur sekitar 8-9 tahun. Secara medis, seharusnya kasus tersebut dapat ditangani dalam jangka waktu 6-8 jam, namun kenyataannya mereka harus menempuh perjalanan selama 3 hari 2 malam. Jelas saja sebenarnya penanganan yang dilakukan Dr. Lie sangatlah terlambat, tetapi karena kuasa tangan Tuhan yang bekerja pada anak tersebut, putri dari sang ibu dapat sembuh. Sampai pada saat perjalanan pulang dari Pulau Kei ke Jakarta, Dr. Lie selalu teringat dengan anak tersebut dan merasa ada dorongan untuk beliau mendirikan Yayasan Dokter Peduli (atau yang lebih dikenal dengan sebutan dokterShare) dan membuat Rumah Sakit Apung pada tahun 2009.


Kisah Dr. Lie ini menjadi kisah inspirasi bagi banyak orang. Lewat pelayanannya, ditunjukkan bahwa kuasa Tuhan sungguh ajaib. Seorang putri kecil, yang secara medis nampaknya mustahil untuk sembuh, dibuat-Nya dapat sembuh kembali melalui pertolongan sang dokter. Hal ini mengingatkan pula pada kita bahwa dalam Alkitab pun dinyatakan betapa banyaknya mujizat-mujizat yang telah banyak dilakukan Tuhan. Tiada yang mustahil bagi Tuhan. Orang yang telah berbaring lemah/mati pun dapat dibangkitkan-Nya, seperti anak perempuan Yairus (Markus 5:21-43), kemudian ada Lazarus dalam Yohanes 11:1-44, dan masih banyak mujizat yang telah dilakukan-Nya.


Namun, hidup di jaman sekarang itu kan tidak mudah. Selalu ada tantangan dan godaan yang harus kita hadapi. Gimana kita bisa bertahan hidup kalau melakukan sesuatu tanpa mengharapkan “imbalan”?


Tuhan telah mengingatkan kita dalam salah satu "Ucapan Bahagia" yang dikatakan-Nya di dalam Matius 5:3. Dia menjanjikan bahwa orang yang miskin kelak akan berbahagia, sebab merekalah yang akan memiliki Kerajaan Sorga. Eitsss... bukan berarti orang-orang yang kaya justru tidak akan merasa bahagia dan tidak akan memiliki Kerajaan Sorga. Yang dimaksudkan di sini ialah bagi mereka yang tetap bersikap rendah hati di hadapan Tuhan atas segala yang dimilikinya, dan mereka yang menyadari bahwa mereka tidak bisa hidup tanpa bergantung sepenuhnya kepada Dia.


Banyak orang yang enggan untuk membantu Dr. Lie melakukan pelayanan yang sifatnya sukarela ini, bahkan “dokter gila” menjadi julukan bagi beliau. Akan tetapi, di balik setiap tantangan yang ada, Dr. Lie tak menjadikannya sebagai penghalang untuk menghidupi kerinduannya untuk melayani. Beliau tetap membuat perahunya dan berlayar memenuhi panggilan tersebut dengan setia, sekalipun rumahnya harus dijual dan tak ada jaminan imbalan akan didapatkannya. Sampai akhirnya, apa yang dilakukan Dr. Lie sungguh menjadi berkat, terutama bagi mereka yang membutuhkan bantuan kesehatan, tetapi terkendala berbagai faktor seperti masalah ekonomi, lokasi yang sulit dijangkau, dan sebagainya.




Bagaimana dengan kita? Maukah kita berlayar meskipun tak berbekal dan tak ada jaminan yang akan kita peroleh?

Kiranya Tuhan memampukan kita.

LATEST POST

 

Bila hati terasa berat Tak seorang pun mengerti bebanku Kutanya Yesus Apa yang harus kuperbuat  ...
by Yessica Anggi | 22 Mar 2024

Entah mengapa, tapi ego itu begitu menggoda diri manusia. Ego untuk menguasai, untuk menja...
by Markus Perdata Sembiring | 19 Mar 2024

Keraguan adalah salah satu hal yang sering terjadi di dalam kehidupan kita sebagai manusia. Keraguan...
by Immanuel Elson | 14 Mar 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER