"Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" Matius 14:31
Ignite People pasti sudah tidak asing mendengar bunyi ayat di atas. Ayat tersebut sering dijadikan bahan perenungan Firman sejak kita bersekolah minggu hingga saat ini. Sewaktu di sekolah minggu, tema "Yesus berjalan di atas air" yang diambil dari Matius 14:22-32 selalu berhasil membuatku terkagum atas kehebatan Tuhan Yesus. Awalnya murid-murid-Nya ragu akan keberadaanNya yang awalnya mereka mengira itu adalah hantu, Yesus membuktikan kehebatanNya dengan mengajak Petrus untuk melakukan hal yang sama, yaitu berjalan di atas air. Hal yang aku tangkap dari bacaan ayat tersebut saat di sekolah minggu ialah bahwa Tuhan yang kupercayai memang hebat. Ia mampu melakukan hal-hal besar yang tidak mungkin bagi manusia.
Kini, setiap kali bacaan ayat tersebut dibawakan dalam khotbah ataupun perenungan pribadi, ada hal berbeda yang kurasakan. Aku bukan bilang bahwa kekagumanku atas kehebatan Tuhan menjadi berkurang. Oh, tentu saja bukan. Hal yang berbeda adalah adanya kesadaran dan pengakuan bahwa keadaan hidupku sering seperti yang terjadi pada Petrus dan murid-murid yang lain. Perenungan ini aku dapatkan dari renungan khotbah yang dibawakan oleh pendeta di gerejaku beberapa minggu yang lalu.
1. Ia menyatakan kuasa-Nya dengan cara-Nya sendiri.
Kisah dari perikop bacaan dengan judul “Yesus berjalan di atas air” ini dimulai dengan Yesus yang memerintahkan murid-muridNya untuk mendahului-Nya menyeberangi danau sebab Ia ingin berdoa sendiri di atas bukit. Selang beberapa waktu saat hari sudah malam, datanglah Yesus menghampiri murid-murid-Nya yang sedang dihadang angin sakal di dalam perahu mereka. Lalu, di sinilah Yesus menunjukkan kehebatan-Nya yang pertama.
Ia bukannya hanya duduk diam saja melihat hal itu terjadi. Ia pun tidak memanggil mereka untuk kembali ke tepi supaya selamat. Terlebih lagi, Ia tidak menghampiri mereka dengan perahu lain yang normalnya manusia pasti akan lakukan. Akan tetapi, Ia menghampiri mereka dengan berjalan di atas air danau tersebut. Sampai di bagian ini, kita perlu perhatikan bahwa Tuhan memiliki berbagai cara, termasuk yang di luar nalar dan tidak mungkin bagi manusia untuk menyatakan segala kemahakuasaan-Nya.
Aku tidak terkejut dengan hal ini karena–seperti yang kukatakan sebelumnya–ini bukanlah hal baru. Sekolah minggu adalah tempat pertama aku mendengar cerita ini dan dibuat kagum oleh kehebatan Tuhan Yesus.
2. Hal-hal yang tidak mungkin bagi manusia menjadi mungkin jika Tuhan menghendakinya.
Kembali ke kisah dari perikop tadi, para murid-Nya merespons dengan ketakutan. Mereka mengira Dia yang sedang berjalan di atas air itu adalah hantu. Yesus segera menjawab dan menyakinkan mereka bahwa inilah diri-Nya. Petrus masih sedikit ragu dengan pernyataanNya, maka ia meminta Yesus untuk menyuruhnya datang kepadaNya dengan berjalan di atas air. Yesus mengiyakan permintaan Petrus sehingga turunlah ia dari perahu dan sambil melihat Yesus ia pun mulai berjalan di atas air.
Hal ini menjadi kehebatan Tuhan Yesus yang kedua yang kupelajari saat berada di sekolah minggu dulu. Tuhan Yesus bukan saja mampu melakukan hal-hal yang tidak mungkin bagi manusia, tetapi Ia juga mampu menyatakan hal-hal tersebut untuk dapat dilakukan oleh manusia.
Mungkin kita menganggapnya bahwa hanya Petrus yang kurang percaya dari antara murid yang lain. Jika kita merenungkan bagian ini lebih dalam lagi, kita menyadari bahwa hanya Petrus yang tergerak hatinya untuk membuktikan iman-Nya di dalam Tuhan itu nyata. Seolah-olah ia ingin mengalami sendiri apa yang sedang Yesus "pertontonkan" kepada murid-murid-Nya. Bukan sekadar menyaksikan, Petrus berinisiatif untuk berjumpa dengan Yesus secara langsung dan mengambil bagian dalam ‘pertunjukan’ tersebut. Dan nyatalah imannya, ia berjalan di atas air karena Yesus pun mengizinkannya.
3. Kita tidak mampu melakukan apapun saat kita mengalihkan pandangan kita dari Yesus.
Namun, hal ini tidak berlangsung lama, Ignite people. Ketika angin mulai meniupnya, Petrus merasa goyah dan mulai tenggelam. Di sini kita melihat bahwa Petrus tidak meletakkan imannya sepenuhnya kepada Yesus. Saat diterjang angin, ia kembali ragu. Mari kita melihat bagian ini dari perspektif yang berbeda. Dalam versi ESV maupun NIV, ayat tersebut berbunyi demikian:
But when he saw the wind, he was afraid and, beginning to sink, cried out, “Lord, save me!”
Aku pribadi lebih menyukai versi tersebut karena alih-alih menjelaskan bahwa angin bertiup kencang pada saat itu, sang penerjemah Alkitab menekankan pada "namun ketika ia melihat atau memandang kepada angin (but when he saw the wind)". Lanjutannya berbunyi sama, baik dalam versi TB maupun Bahasa Inggris, yaitu "dia pun menjadi takut dan mulai berteriak: Tuhan, tolonglah aku." Penekanan ini menegaskan bahwa keraguan Petrus muncul kembali saat ia mulai mengalihkan pandangannya dari Yesus.
Kemudian, Yesus segera menolong Petrus dan mengatakan kalimat yang sudah tidak asing ini: “Hai, orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” Kebimbangan yang dimaksud Yesus disini adalah di saat Petrus bimbang dengan dirinya sendiri, antara tetap memandang Yesus atau memandang angin yang mulai ribut kembali yang dapat membahayakan dirinya. Tidak heran Tuhan Yesus mengatakan bahwa Petrus kurang percaya karena Ia melihat iman Petrus yang bertahan hanya sementara. Saat dilanda ketidakpastian, Petrus memilih memandang kepada angin, si sumber masalah itu sendiri.
Aku dibuat termenung saat pendeta di gerejaku menyampaikan poin yang ketiga ini. Bagaimana tidak? Mungkin selama ini aku tidak sadar bahwa pandanganku tidak lagi difokuskan kepada Yesus, melainkan hal-hal yang lain. Aku sering berkompromi dengan hal yang kurasa sudah sewajarnya aku takut dan bimbang. Aku tak meletakkan imanku pada orang atau di tempat yang tepat. Sama seperti Petrus, aku bimbang antara mau tetap memandang kepada Yesus atau memandang masalah yang sedang kuhadapi. Seringkali masalah atau tantangan hidup menggoyahkan iman kita.
Melalui artikel ini, aku mau mengajak teman-teman untuk sama-sama merenungkan kembali kehidupan kita sehari-hari. Apakah kita mampu melihat sesuatu sebagai kesempatan untuk berjumpa dengan Tuhan dan mengalami kuasa-Nya? Apakah kita mampu mempercayakan seluruh kehidupan kita kepada Tuhan tanpa ragu dan bimbang sedikitpun? Apakah kita tetap mampu memandang kepada keindahan kuasa-Nya di tengah ketidakpastian hidup?
Tuhan memberkati 😊
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: