Sabtu Sunyi: Yang Turun ke Dalam Kerajaan Maut

Going Deeper, God's Words, 24 March 2021
Sabtu Sunyi (atau dalam bahasa Latin: Sabbatum Sanctum – “Hari Sabat Suci”) adalah hari yang diperingati gereja setelah Jumat Agung dan sebelum memasuki Minggu Paskah.

Sabtu Sunyi merupakan jembatan perantara bagi kita untuk memasuki Hari Raya Paskah. Setelah drama yang cukup melelahkan yang dialami Yesus  selama sejak Malam Perjamuan terakhir bersama para muridNya (Kamis Putih) hingga diakhiri oleh peristiwa menegangkan penyaliban (Jumat Agung), Sabtu Sunyi menjadi hari di mana tubuh jasmani Yesus yang sudah amat rusak berada dalam kubur batu yang telah disediakan Yusuf dari Arimatea. Hal ini dikisahkan di tiga Injil sinoptik (Matius, Markus, Lukas). Sabtu Sunyi sesungguhnya mengajak pada setiap kita menunggu dalam kesunyian sebelum memasuki peristiwa kemenangan yaitu Paskah.
 


Pada rumusan Pengakuan Iman Rasuli yang setiap minggu kita deklarasikan, terdapat sebuah kalimat yang menyatakan demikian :


Yang menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus,

disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut


Ketika saya kembali merenungi peristiwa Sabtu Sunyi ini saya teringat frasa turun ke dalam kerajaan maut tersebut. Menarik bagi saya bahwa nyatanya Yesus adalah Allah yang betul-betul juga manusia. Peristiwa penyalibanNya dan penguburanNya menandakan Yesus juga betul-betul manusia. Banyak orang kemudian menjadi bingung, ketika melihat fakta bahwa pada akhirnya Kristus yang adalah Allah dan sungguh manusia itu, ternyata benar-benar wafat. Yang dimaksud dengan wafat di sini  ialah keterpisahan antara tubuh dan jiwa. Jadi, ketika kita mengatakan bahwa Kristus yang adalah Allah, namun kita juga perlu ingat bahwa Ia mempunyai tubuh dan jiwa manusiawi. Sebuah perdebatan teologis yang panjang memang ketika melihat kembali hal tersebut.  


Santo Thomas Aquinas, dalam buku The Aquinas Catechism menjelaskan beberapa pemaparan mengapa Yesus turun ke dalam kerajaan maut. Namun secara keseluruhan, alasan Yesus turun ke dalam kerajaan maut adalah untuk menanggung semua dosa dan pelanggaran manusia. Kristus datang ke tempat penantian sebagai seseorang yang bebas yang mau menanggung hukuman dosa manusia, sedangkan manusia lain berada di tempat penantian sebagai jiwa-jiwa yang terbelenggu. Sejak kejatuhan pertama manusia ke dalam dosa (dlm Kej 3) manusia mendapatkan upah dari dosa tersebut yaitu maut (Roma 6 : 23). 

Paulus juga mengingatkan hal ini kepada jemaatnya di Roma; Kristus yang telah mati itu, yang juga turun dan masuk ke dalam kerajaan maut menyelamatkan kita dan jiwa-jiwa dalam kerajaan maut. Lewat baptisan, Paulus menggambarkan pada kita bahwa sejatinya kita telah mati bersama Kristus dan akan bangkit pula bersama Kristus. Manusia lama kita, telah ikut disalibkan bersama penderitaan Kristus (Roma 6 : 6). Lebih lanjut, Paulus juga mengingatkan kita bahwa jika kita mati dengan Kristus, kita percaya bahwa kita juga akan hidup denganNya. Maut telah dikalahkan dan maut tersebut tidak berkuasa atas Yesus (Roma 6: 8-9). 

Santo Thomas Aquinas  pun mengutip pesan nabi Yesaya “Dalam pertengahan umurku aku harus pergi, ke pintu gerbang dunia orang mati aku dipanggil untuk selebihnya dari hidupku” (Yesaya 38:10). Kristus yang sungguh bangkit sejatinya telah menyelamatkan kita manusia yang sudah dirusak oleh dosa. 



Sabtu Sunyi, momen di mana akhirnya Yesus masuk kedalam dunia orang mati memang sering kali tak dapat kita pahami secara logis; karena belum ada di antara kita yang sudah pernah berada di dalam kematian. Namun, Yesus memberikan teladan bagi kita. Kisah yang sangat melelahkan sejak malam di mana Yesus makan bersama dengan para murid hingga peristiwa penyaliban merupakan suatu rencana besar yang Allah sediakan bagi kita manusia. Sebuah momen di mana Allah mencoba mendamaikan dirinya bagi kita orang yang berdosa ini.

Kita diajak untuk menjadi Manusia Paskah yang telah dengan kesadaran betul, ikut mati bersama Kristus dan bangkit juga bersamaNya. Kembali, Rasul Paulus mengingatkan juga bagi kita bahwa jangan lagi kita menyerahkan diri kita kepada dosa dan maut melainkan menyerahkan hidup kita pada Allah (Roma 6:13).


Di dalam kesunyian ini marilah kita bersama berefleksi. Apakah kita telah menyalibkan manusia lama kita, kedagingan kita, keinginan kita? Sudahkah kita membiarkan Yesus masuk ke dalam hati kita masing-masing untuk menyelamatkan kita dari kuasa maut?


Selamat menjadi manusia-manusia Paskah.

Soli Deo Gloria

LATEST POST

 

Bila hati terasa berat Tak seorang pun mengerti bebanku Kutanya Yesus Apa yang harus kuperbuat  ...
by Yessica Anggi | 22 Mar 2024

Entah mengapa, tapi ego itu begitu menggoda diri manusia. Ego untuk menguasai, untuk menja...
by Markus Perdata Sembiring | 19 Mar 2024

Keraguan adalah salah satu hal yang sering terjadi di dalam kehidupan kita sebagai manusia. Keraguan...
by Immanuel Elson | 14 Mar 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER