Kegiatan Pendakian dan Maknanya

Best Regards, Live Through This, 01 September 2020
Setiap puncak yang kamu datangi akan mengajarkan sesuatu - Sir Martin Convay

"Ayo, kita naik gunung bersama!" Demikian beberapa teman mengajakku, dan aku menyetujuinya. "Karena kalian ini pemula, ada baiknya kita mencoba dengan ketinggian di bawah 2000 mdpl, yang treknya aman buat kalian," kata salah seorang temanku, yang sudah sering mendaki gunung.

Aku percaya dengan perkataan temanku itu, dan saking percayanya, aku sedikit 'meremehkan' dan kurang mempersiapkan diri dengan matang. Dalam pikiranku waktu itu, "Oh hanya sekedar naik gunung biasa, treknya tidak terlalu sulit dan juga pendek, hanya 1100 mdpl", jadi aku hanya mempersiapkan diri ala kadarnya, seperti jalan-jalan pada umumnya.

Rupanya bayanganku waktu itu salah besar. Sekalipun hanya 1100 mdpl, jalan yang dilalui untuk mencapai bukit itu (aku menyebutnya bukit karena ketinggian di bawah 2000 mdpl) juga cukup sulit; dipenuhi dengan bebatuan yang bercampur dengan tanah, serta curam. Aku pun terpaksa turun beberapa kali untuk berjalan menapaki jalan tersebut, karena motor yang ku tumpangi bersama teman tidak dapat melewati medan yang curam itu.

Paling tidak, aku sudah mempelajari sesuatu dalam proses mencapai puncak (sekalipun belum sampai puncak yang sesungguhnya), yakni "Jangan pernah memiliki rasa untuk meremehkan sesuatu yang sederhana, hingga pada akhirnya merasa tidak sanggup untuk melaluinya."

Baik, cerita berlanjut. Secara fisik aku dan beberapa temanku cukup kelelahan. Padahal, kami baru saja sampai ke parkiran dan belum mencapai bukit yang sesungguhnya. Kami beristirahat sejenak untuk mempersiapkan energi kami menaiki bukit itu. Setelah dirasa cukup, kami melanjutkan perjalanan.

Teman kami yang sudah berpengalaman naik gunung memberi nasihat kepada, "Hayo kalian, jangan ribut, simpan energi kita! Naiklah dengan diam, karena dengan bersuara, energi kalian akan semakin terkuras." Belajar dari pengalaman sebelumnya, aku pun pribadi menaati perkataannya. Sepanjang perjalanan aku banyak diam, dan melihat beberapa temanku yang sempat-sempatnya bersenda gurau dalam pendakian. "Liat aja ya nanti, sekuat apa mereka bisa guyonan seperti ini," gumam temanku sambil tersenyum.

Perjalanan kami memakan waktu sekitar 3 jam dari tempat parkir. Badanku mulai terasa lelah. "Sebisa mungkin saat mendaki, usahakan untuk tidak membawa apapun dalam genggaman kalian, untuk mengurangi rasa capek," sarannya kepadaku, dan aku mulai menurutinya. Tas kecil yang awalnya aku selempangkan, mulai ku masukkan ke dalam ransel, bersamaan dengan jaketku.

Dan perkataan temanku memang benar. Badanku tidak se-lelah sebelumnya, bahkan langkahku menjadi lebih ringan saat mendaki. Dan juga, teman-temanku yang awal-awalnya bersenda gurau, perlahan-lahan mulai kehilangan kekuatannya. Walau demikian, kami tetap bersama-sama berjalan hingga sampai ke puncak bukit itu.

Ya itulah kisah pendakian pertamaku. Sekalipun terlihat sepele dan melelahkan, ada beberapa makna yang aku pelajari, yang dapat diterapkan dalam dunia pekerjaan maupun kehidupan:

1. Jangan pernah meremehkan perintah yang sederhana, seperti jangan bersenda gurau, tidak membawa apapun saat mendaki, dsb.

2. Lebih banyak mendengar dan melakukan dari mereka yang sudah berpengalaman, walau pengalaman orang masing-masing berbeda, tetapi punya inti dan rasa yang sama. Tak hanya banyak mendengar, tapi juga mempraktekkan apa yang sudah diajarkan.

3. Untuk mencapai puncak, kita perlu berjuang dan tidak memusingkan diri dengan persoalan kecil yang dapat membuat kita menjadi lelah. Sebisa mungkin persoalan kecil dalam hidup kita dapat segera diselesaikan, agar tidak mengganggu pekerjaan utama kita.

4. Untuk mencapai puncak, kita perlu orang lain. Dalam mencapai keberhasilan, kita perlu melibatkan dukungan orang lain di dalamnya. Kita perlu membuka diri untuk didukung dan dibantu orang lain, bukannya merasa sok kuat gitu. 

5. Kata orang, kita dapat belajar mengenal seseorang saat melakukan pendakian. Ya itu benar adanya. Kenali seseorang yang saat bersama-sama dalam proses mendaki, bukan saat berada di puncak.

Ya, kurang lebih begitulah yang aku pelajari dari kegiatan pendakian pertamaku. Bagaimana denganmu?

LATEST POST

 

Bila hati terasa berat Tak seorang pun mengerti bebanku Kutanya Yesus Apa yang harus kuperbuat  ...
by Yessica Anggi | 22 Mar 2024

Entah mengapa, tapi ego itu begitu menggoda diri manusia. Ego untuk menguasai, untuk menja...
by Markus Perdata Sembiring | 19 Mar 2024

Keraguan adalah salah satu hal yang sering terjadi di dalam kehidupan kita sebagai manusia. Keraguan...
by Immanuel Elson | 14 Mar 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER