Pertemuan yang Memberi Anugerah

Best Regards, Live Through This, 06 June 2020
Sebuah kegagalan dapat menjadi "kesuksesan" apabila dilihat dari kacamata yang berbeda.

Sebuah Pertemuan

23 Januari 2019, GKI Gunung Sahari. Sekitar 1 tahun yang lalu, aku mengenal mereka, perkumpulan delapan belas manusia muda yang mencoba mengadu panggilannya di kampus Teologi yang disarankan oleh gereja. Pada hari itu, kami dipertemukan dan mencoba mengenal satu sama lain lebih dalam. Ada yang dari daerah sekitar ibukota, pinggiran kota padi, bahkan hingga antar-provinsi. Kami pun bertukar nomor dan menambahkan nomor masing-masing pada kontak smartphone kami, ya awalnya hanya sebagai basa-basi agar memudahkan melakukan kontak ketika terjadi sesuatu. Malam hari menjadi semakin seru ketika kami belajar bersama tentang apa yang akan diujikan esok dan beberapa hari ke depan. Bagaimana pun ini adalah sebuah momen penentu kami yang masih menjadi murid didik Sekolah Menengah Atas dalam memilih perjalanan hidup selanjutnya. Selain belajar bersama, kami saling bertukar cerita satu sama lain. Ada yang sama sepertiku, yakni seorang aktivis muda gereja yang bercita-cita memakai toga, ada juga yang hanya sekadar anak didik yang memang mengejar sebuah kampus swasta. Hari demi hari kami lewati dengan sukacita. Berbagai soal ujian saring masuk, kami kerjakan. Kejadian lucu yang tak terelakkan, menjadi sebuah asa hiburan untuk kami bersama. Canda tawa terpapar dari wajah kami, seolah menjadi penanda bahwa kami adalah sebuah angkatan baru yang sangat bahagia menjalani ini semua.


Kekecewaan kepada Dia

Akhir minggu tiba dan aku pun dinyatakan gagal dalam ujian ini. Kesal. Kecewa. Pusing. Marah. Seluruh emosi seakan berkumpul menjadi satu. Mengecewakan, adalah kata paling tepat untuk menggambarkan perasaanku saat itu. Aku seolah menyalahkan Tuhan secara besar-besaran. Hari Minggu yang biasanya secerah dan sebiru langit, kini seolah hanyalah sebatas ilusi buram yang sangat kelam. Aku tidak ingin orang lain melihat kekecewaanku, tetapi apa daya, wajahku sulit untuk berbohong tentang perasaan ini. Pelbagai dukungan dan doa menyertaiku untuk segera move on dari kondisiku pada saat itu. Gelombang kehidupan seolah menerpaku lagi dan lagi semasa akhir SMAku. Bagaimanapun, ini adalah tahun terakhirku bersama lingkaran terdekatku yang sudah kubentuk selama lebih kurang tiga tahun belakangan, meskipun ada juga yang enam tahun belakangan. Aku mencoba untuk tetap berusaha menjadi yang terbaik dengan sisa waktuku selama ini. Tetapi di sini aku sadar, ternyata lingkaran pertemananku tidak hanya sebatas rekan sejawat sekolah menengah atas, melainkan meluas secara perlahan melalui pertemuan dengan delapan belas manusia saat berada di Jakarta (Gunung Sahari tepatnya) selama lebih kurang empat hari. Aku dan perkumpulan manusia ini sudah diwanti-wanti oleh beberapa pihak untuk tetap berhubungan, walau jarak memisahkan. Berbagai cara kami lakukan untuk menjaga hubungan pertemanan ini tetap semakin intim, seperti mengutarakan kegundahan hati dari berbagai sektor kehidupan menjadi salah satu bahan diskusi. Tak seberapa karena tidak bertemu secara tatap muka, tetapi sudah mewakili perasaan rindu yang tertunda. Bagi sebagian dari manusia yang tinggal di kota-kota penyangga ibu kota, ada kalanya kami sempat bertatap muka, meskipun hanya disaksikan oleh terangnya mentari siang hingga malam yang gelap. Aku hanya berpikir, bahwa mungkin ini bagiku adalah penggenapan dari Firman Tuhan:

Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.

- Amsal 17 : 17


Pemulihan & Ucapan Syukur

Tuhan itu baik. Ia akan mempertemukan kita yang sedang berada pada titik terendah dalam menjalani hidup dengan orang-orang yang sangat mendukung kondisi kita. Perihal manusia dengan karakter yang berbeda? Tak masalah bagiku, karena di situlah letak keunikan dari kata “pertemuan”. Walaupun kita berjauhan, aku tahu, kita saling mendoakan, saling mendukung, hingga saling mendengarkan pada masa-masa susah. Filipi 1:3 menjadi perwakilan perasaan saya kepada kalian semua,

Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu.

Filipi 1:3

Yakinlah, bahwa dimana pun Tuhan memberikan sebuah ikatan pertemuan, walaupun harus berpisah, tetapi jalinan pertemanan akan tetap Tuhan berikan. Meski berjauhan, tetapi sebuah ikatan persatuan dalam kasih-Nya. Terima kasih kepada kalian yang pernah dan akan selalu bersamaku, walaupun jarak memisahkan. Kalian yang aku pantas sebut, rumah.

mi casa, su casa

LATEST POST

 

Bila hati terasa berat Tak seorang pun mengerti bebanku Kutanya Yesus Apa yang harus kuperbuat  ...
by Yessica Anggi | 22 Mar 2024

Entah mengapa, tapi ego itu begitu menggoda diri manusia. Ego untuk menguasai, untuk menja...
by Markus Perdata Sembiring | 19 Mar 2024

Keraguan adalah salah satu hal yang sering terjadi di dalam kehidupan kita sebagai manusia. Keraguan...
by Immanuel Elson | 14 Mar 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER