Domba Berbulu Serigala

Best Regards, Live Through This, 20 July 2021
Matius 10:16 “Dengarlah, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala. Hendaklah kamu bijak seperti ular dan tulus seperti merpati.”

Perkenalkan, nama saya Samuel Wangsa, insan yang tak pernah mengerti cara dunia bekerja namun belajar untuk menerima apa yang dihadapkan dan sering sekali kesal dengan hal-hal kecil yang terjadi di sekitar, seperti kenapa orang tua selalu benar dan wanita selalu lama kalau ke toilet. Mungkin, tulisan ini sekilas terlihat typo atau malah menyesatkan, tetapi saya merasa ada pentingnya bagi kita untuk memahami konsep "domba berbulu serigala" dengan lebih mendalam. sehingga kita bisa berdamai dengan dunia dan terutama dengan diri sendiri.

Dulu saya adalah salah satu penggemar band rock, Simple Plan sejak lagu pertama yang saya dengar berjudul I’m just a Kid. Ya, dengan menjelaskan referensi ini, rasanya Ignite People bisa memperkirakan berapa usia saya. Simple Plan adalah salah satu grup musik yang menurut saya sangat konsisten dalam berkarya dan bersuara - walau sekarang sudah tidak lagi membuat lagu. I’m just a Kid adalah salah satu lagu pertama dan yang paling saya suka karena betul-betul mencerminkan isi hati saya yang saat itu baru duduk di bangku SMP, merasa tertekan, sendirian, terpojok, dan emosi negatif lainnya. 



Memang begitulah musik rock pada masanya, yang bisa menyuarakan perasaan terpendam di hati pendengarnya dan melepaskannya dengan gitar yang bising, pukulan drum yang keras, dan teriakan yang terdengar penuh amarah.

Saya terus mendengarkan Simple Plan selama (kira-kira) lima tahun dan menemukan judul lagu Me Against the World, yang mana saya melihat ini sebagai salah satu masterpiece-nya. Di sana saya betul-betul merasakan bahwa apa yang saya kerjakan, pikirkan, dan rasakan tak pernah selaras dengan dunia, dan bibit dendam tercipta kepada "dunia". Karena itulah, ketika saya semakin dewasa dan memahami firman seperti ‘Janganlah jadi serupa dengan dunia ini’ atau seperti ayat di atas:

 ‘Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala’

WAHH ibarat obor api disambut angin kencang, pasti akan saya sambut dengan semangat karena saya memang TIDAK MAU sama dengan dunia. TITIK.



Seperti yang kita semua tahu bahwa memang saya di sini bukan untuk mengkritisi atau memutarbalikkan kebenaran Firman, karena siapalah aku ini, hanya seonggok rumput kecil yang tak berarti, tapi justru saya mau berbagi pengalaman bahwa pola pikir"Me Against the World" seperti judul lagu Simple Plan, tidak akan membantu pertumbuhan iman kita dalam jangka panjang, karena let’s face it, kita adalah bagian dari dunia. Kita bukan makhluk surgawi, kita bukan kerubim (Cherovim), atau malaikat. Kita adalah MANUSIA yang memiliki kebaikan dan juga keburukan karena dosa.

Ketika kita semakin cepat menerima diri sebagai BAGIAN dari dunia, di sanalah kita bisa belajar bahwa tugas sebagai "domba di tengah serigala’" tidak perlu diterapkan secara mentah sebagai wujud rela mati seperti para martir. Di tengah dunia yang semakin banyak "serigala", dengan datang menjadi seekor domba, itu bukan hanya akan menjadi sasaran empuk, tetapi tubuh kita akan menjadi tempat pembantaian. Apa salahnya mencoba menyesuaikan "kulit" kita dengan "serigala"? Justru dengan belajar dari mereka, kita bisa mendapatkan apa yang kita butuhkan dan setidaknya tidak perlu mati secara cuma-cuma. Tentu ini tidaklah terlepas dari hikmat Tuhan yang selalu kita butuhkan agar tahu bagaimana harus menyikapi berbagai hal yang terjadi di sekitar kita.


Hati-hatilah dalam bersikap.

Kebaikan tanpa memahami konteks, hanya akan terlihat bodoh

Kejujuran tanpa empati, hanya terdengar seperti hardikan

Memberi hadiah tanpa pengertian, tidak akan dihargai juga

Cinta tanpa kenal batas, hanya akan bercampur dengan nafsu 


Karena itu, ketika Tuhan mengutus kita sebagai "domba di tengah serigala", tak perlu menunjukkan diri bahwa kitalah domba dan yang lain adalah serigala, diiringi dengan kebanggaan diri dan merasa paling suci. Pada akhirnya, kematian sia-sia akan menyambut dengan senang hati. Seberapa besar kemauanmu untuk merendahkan hati dan mengenakan jaket ‘serigala’ agar bisa diterima kelompok? Tak semua ‘domba’ mau melakukannya dan tak semua ‘domba’ mengerti kenapa harus begitu, seperti saya, dan ketika kita sudah paham bahwa kita pun adalah ‘serigala’, anehnya kita pun jadi bisa menerima bahwa ‘dunia’ yang dicaci maki pemuka agama yang tak bertanggung jawab, sebetulnya tak seburuk yang mereka katakan, dan semoga kita pun bisa menemukan keindahan di dalamnya. Toh, Salomo pun dengan segala kemegahannya, tak bisa seindah bunga bakung yang hanya mati dalam 1 hari.



LATEST POST

 

Bila hati terasa berat Tak seorang pun mengerti bebanku Kutanya Yesus Apa yang harus kuperbuat  ...
by Yessica Anggi | 22 Mar 2024

Entah mengapa, tapi ego itu begitu menggoda diri manusia. Ego untuk menguasai, untuk menja...
by Markus Perdata Sembiring | 19 Mar 2024

Keraguan adalah salah satu hal yang sering terjadi di dalam kehidupan kita sebagai manusia. Keraguan...
by Immanuel Elson | 14 Mar 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER