"Punishment is not for revenge, but to lessen crime and reform the criminal." - Elizabeth Fry
... namun, apakah dosa hanya sekadar perbuatan jahat saja? bagaimana proses manusia bisa jatuh dalam dosa? sekadar inikah kasih Allah?
Akibat yang terutama dari dosa ialah keterpisahan dari Allah. Allah menyerahkan manusia kepada keinginan hati yang telah jatuh dalam dosa (Rom.1:24, 26, 28), yang kecenderungannya selalu yang membuahkan kejahatan semata-mata (Kej.6:5). Tetapi, bukan berarti manusia sepenuhnya jahat sebab gambar dan rupa Allah masih ada di dalam dirinya. Walau demikian, gambar rupa tersebut telah rusak sehingga manusia lumpuh untuk melaksanakan hukum Allah yang merupakan tolak ukur manusia bersalah/tidak. Manusia bisa melatih hati nuraninya untuk berbuat baik, namun standar berdosa/tidak tetaplah hukum Allah, bukan dari manusia yang berdosa juga.
Dengan demikian, hal yang sama juga terjadi dalam berita pada artikel sebelumnya. Menurut Rizki, apa yang baik bagi dia saat itu ialah menyeberang melawan arah dan tidak mengatai orang lain. Tetapi menurut pelaku, yang baik adalah tidak melawan arah hingga perlu ditegur sedemikian rupa. Bagi adik Rizki, yang baik adalah menolong kakaknya yang sedang kesulitan. Semuanya dapat memikirkan apa yang baik menurut mereka masing-masing karena masih ada gambar dan rupa Allah, namun rusak. Pada akhirnya, semua berujung kepada tragedi, sesuai dengan apa yang Firman Tuhan telah peringatkan dan gambarkan mengenai realitas orang berdosa:
1. Karena tidak sesuai hukum dan mementingkan diri sendiri, Rizki memilih untuk menyeberang melawan arah.
Roma 13:1-2 “Sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah – pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya”
2. Karena tidak bijak dalam menegur, si pelaku menegur hingga mengatai Rizki.
Amsal 15:1 “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah”
3. Karena tersinggung, mungkin ada membela diri, Rizki membalas dan terjadinya adu mulut sampai melibatkan adanya kontak fisik dari adik Rizki.
Ams.17:14 “Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air; jadi undurlah sebelum perbantahan mulai”
4. Karena tidak bisa mengendalikan diri, si pelaku mengeluarkan pisau lipatnya dan menusuk-nusuk adik Rizki.
Amsal 29:11 “Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, tetapi orang bijak akhirnya meredakannya”
Bukankah hal ini tidak akan terjadi jika manusia tidak jatuh dalam dosa? Namun manusia terbaik sekali pun (Adam belum tercemar dosa namun memiliki kehendak bebas) yang mewakili seluruh umat manusia dalam ujian ketaatan Tuhan, gagal akan tantangan tersebut. Oleh karena itu, Allah perlu mengutus Anak-Nya yang tunggal, menjadi Adam yang kedua sebagai bentuk perwakilan manusia menjalani ujian tersebut. Dan Ia secara sukarela taat sepenuhnya sehingga kasih-Nya menjadi begitu nyata.
Manusia yang seharusnya mati dalam hukuman kekal dan terpisah dari Allah selamanya, ditebus-Nya dengan darah yang mahal, dapat berelasi kembali dengan-Nya, memuji-Nya, diberikan kepercayaan oleh-Nya, bahkan hidup bersama-Nya selamanya. Bukankah ini merupakan suatu Anugerah yang besar, sampai-sampai Bapa mau menjadikan tubuh manusia sebagai bait Allah, yakni bait Roh Kudus (1 Kor.6:19-20) sehingga kita dapat terpanggil, berbalik kepada-Nya, dan mengerjakan panggilan keselamatan kita?
Jika kita mau menjadi umat-Nya, maka hal yang menjadi panggilan kita ialah untuk mengerjakan panggilan keselamatan. Usulan penulis, masing-masing kita dapat sadar akan proses terbuahnya dosa. Hal ini didapatkan dari proses tergodanya manusia dan dapat dibagi menjadi 4 tahapan:
Bagian manakah yang sudah termasuk dosa? Yesus menyatakan bahwa dalam tahap menikmati pun sudah termasuk dosa (Mat.5:28).
Kiranya pembaca dapat semakin menyadari dalam aktivitas sehari-hari akan dosa dan betapa besarnya kasih Allah. Dalam menghadapi tantangan akibat dipanggil sebagai umat-Nya, penulis akan menutup dengan doa Paulus terhadap jemaat di Tesalonika.
“Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita, kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik” (2 Tes.2:16-17)
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: