Yuk, Berproses!

Best Regards, Live Through This, 12 August 2021
“Yuk, berproses!” menjadi sebuah ajakan bagi kita untuk berpraksis di tengah pandemi yang terjadi. Bukan lagi berfokus mencari siapa penyebab pandemi terjadi, melainkan bersedia menjadikan setiap peristiwa sebagai sarana bercermin diri sekaligus mengupayakan pembaharuan untuk masa depan yang lebih baik. Semoga!

Sudah setahun lebih pandemi Covid-19 melanda bumi ini. Tetapi, bukannya menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik, dari hari ke hari yang timbul justru peningkatan angka pasien terkontaminasi positif Covid-19. Ketidakpastian terus bergejolak saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (atau lebih dikenal dengan istilah PPKM) terus mengalami perpanjangan dari minggu ke minggu. Padahal, suara-suara perut keroncongan semakin nyaring terdengar memekik telinga kemanusiaan kita. Tangis para keluarga korban keganasan virus Covid-19 juga mengiringi berita-berita duka yang datang silih berganti.

Photo by Adam Nieścioruk on Unsplash

"Namun lagi-lagi, bak seorang yang menjaring angin, semua usaha yang dilakukan nyatanya tidak membuahkan hasil apa-apa."

Jika kita mengingat bersama pada awal pandemi Covid-19 ini masuk ke Indonesia, sempat muncul berbagai seruan dan klaim yang dilontarkan berbagai pihak dalam memandang virus Covid-19. Ada yang memandangnya sebagai ‘senjata/alat Tuhan’ untuk membalaskan kejahatan orang-orang yang menyiksa umat-Nya, sebagian lainnya meyakini bahwa virus Covid-19 adalah ‘musuh Allah’ yang harus diperangi mati-matian. Dari berbagai klaim tersebut, kita mendapati kenyataan bahwa sebagian besar orang memandang bahwa virus Covid-19 merupakan realitas yang harus dimusnahkan. Mungkin anggapan ini mewakili respons sebagian besar orang termasuk kita dalam upaya memerangi virus Covid-19. Namun lagi-lagi, bak seorang yang menjaring angin, semua usaha yang dilakukan nyatanya tidak membuahkan hasil apa-apa. Virus ini belum dapat dimusnahkan. Salah satu alasan yang membuat manusia menjadi terkejut, panik dan takut dalam menghadapi virus Covid-19 adalah masih adanya pandangan bahwa virus merupakan benda mati sehingga menurutnya virus tidak dapat berbuat apa-apa. Padahal dalam kenyataannya tidak demikian. Virus Covid-19 dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat tanpa mengenal orang. Hal ini lantas menimbulkan kehebohan. Untuk itu, kita perlu memandang virus Covid-19 sebagai ‘teman hidup bersama’ seperti yang telah dilakukan di Swedia sejak awal munculnya virus Covid-19.

Photo by Ajnabi Creation on Unsplash

Mengutip pemikiran seorang teolog berkebangsaan Inggris yakni Alfred North Whitehead, ia mengembangkan pemikirannya tentang filsafat proses yang kemudian disebut teologi proses. Dalam teologi proses, kehidupan dilihat sebagai sebuah jejaring yang membentang (dan terpisah baik secara ruang dan waktu) dan saling terhubung. Sebuah kejadian dilihat sebagai kenyataan yang tidak dapat dihindari. Dalam sebuah proses, hidup senantiasa bergulir dari kemungkinan (potensi) ke kenyataan (aktus). Ketika suatu kenyataan belum terjadi, yang ada hanyalah kemungkinan-kemungkinan. Yang menjadi persoalan di sini adalah tidak ada satupun yang dapat mengetahui kemungkinan mana yang akan menjadi kenyataan. Itu berarti satu kejadian akan bergulir ke kejadian selanjutnya secara terus menerus. Hal inilah yang membentuk apa yang disebut proses berkesinambungan tanpa ada yang mengetahui kapan proses tersebut akan berakhir.

Dalam teologi proses, Tuhan merupakan salah satu dari realitas aktual lain selain makhluk hidup dan alam. Karena menjadi salah satu unsur, maka Tuhan tidak menentukan kejadian yang akan terjadi. Terkait dengan bencana yang terjadi, kita tidak dapat menyalahkan siapapun atas terjadinya suatu bencana. Bencana merupakan kejadian yang tidak dapat dicegah oleh siapapun karena tidak ada satu pihak manapun yang mengetahui kapan bencana akan terjadi, termasuk Tuhan. Untuk itu, dalam teologi proses, Tuhan tidak dapat digugat sebagai penyebab bencana karena Dia tidak tahu kapan bencana akan terjadi.

Photo by Marcus Kauffman on Unsplash

"..., Tuhan tidak dapat digugat sebagai penyebab bencana karena Dia tidak tahu kapan bencana akan terjadi."

Gagasan tentang ketidaktahuan Tuhan atas bencana yang akan terjadi tidak dipahami bahwa Tuhan tidak memiliki keterlibatan sama sekali terhadap bencana yang terjadi. Sebab dalam pemikiran teologi proses, semua realitas aktual saling berkait-kelindan, itu berarti Tuhan tetap terlibat dalam bencana yang terjadi. Keterlibatan di sini bukan menunjuk siapa yang menyebabkan bencana itu terjadi, melainkan menunjuk pada upaya pembaharuan pasca-bencana terjadi. “Yuk, berproses!” menjadi sebuah ajakan bagi kita untuk berpraksis di tengah pandemi yang terjadi. Bukan lagi berfokus mencari siapa penyebab pandemi terjadi, melainkan bersedia menjadikan setiap peristiwa (temasuk pandemi Covid-19) sebagai sarana bercermin diri sekaligus mengupayakan pembaharuan untuk masa depan yang lebih baik. Semoga!

LATEST POST

 

Film siksa kubur resmi tayang pada 11 April 2024, dan sebagai penikmat karya Joko Anwar, kami langsu...
by Ari Setiawan | 16 Apr 2024

Takut tambah dewasaTakut aku kecewaTakut tak seindah yang kukiraIgnite People, penggalan lirik lagu...
by Emmanuela Angela | 10 Apr 2024

GetsemaniDomba putih di penghabisan jagal Merah kirmizi di kandungan sengsara atas cawan yang kesumb...
by David Ryantama Sitorus | 10 Apr 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER