Perbucinan di Alkitab?

Best Regards, Live Through This, 30 June 2021
"Cinta itu layaknya angin, aku tidak bisa melihatnya tetapi aku bisa merasakannya." -Nicholas Sparck-

Ketika memasuki masa remaja, biasanya kita sudah mulai mengenal yang namanya jatuh cinta kepada lawan jenis. Saya mulai merasakan gejolak-gejolak jatuh cinta di masa SMP (Sekolah Menengah Pertama). Saat itu, saya mengagumi kakak kelas saya yang memasuki ekstrakulikuler basket. Wah, idaman, kan? Yah, namanya sedang jatuh cinta, ada banyak aspek yang berubah karena adanya sudut pandang yang diperkaya dengan gejolak yang baru.

Tunggu, tunggu.. saya tidak membahas kisah cinta pada masa SMP, tetapi saya mencoba melihat fenomena dari kisah cinta yang sedang terjadi. Sekarang lagi trendinya kata ghosting, nih..  Enggak jarang, kalau sedang membuka media sosial,minimal ada satu-dua post tentang ghosting; bahkan banyak dari penggunanya menceritakan kisah hidupnya yang di-ghosting oleh orang yang dia cintai. Saya mencoba mencari informasi arti dari kata ghosting,dong. Gimana enggak? Topik itu benar-benar lagi up banget di kalangan anak muda. Setelah mencari informasi, saya menemukan bahwa kata ghosting berasal dari bahasa Inggris, yang berarti “berbayang”. Namun, artinya menjadi berbeda ketika dikaitkan dengan suatu hubungan. Ghosting merupakan sebuah sikap seseorang yang menjauh dengan tiba-tiba dari seseorang tanpa memberikan kabar apapun. Selain itu, ghosting merupakan cara yang instan atau mudah bagi satu pihak untuk berelasi dan setelah itu menghilang tanpa kabar, tetapi tidak dengan pihak satunya yang merasakan sakit hati—tentunya munculnya banyak pertanyaan-pertanyaan di pikirannya.


Photo by Daniil Onischenko on Unsplash


Nah, berkaca dari arti ghosting itu, suatu kali saya memikirkan tentang kisah Yakub dan Rahel (Kejadian 29:1-30) yang terasa sangat unik bagi saya secara pribadi. Mungkin kita masih ingat bahwa ini merupakan kisah yang penuh ups and downs sampai akhirnya Yakub bersatu dengan Rahel. Yes, Yakub mencintai Rahel dan dia bekerja dengan Laban, pamannya, selama tujuh tahun untuk mendapatkan wanita pujaan hatinya itu. Menariknya, Yakub merasa bahwa tujuh tahun berlalu dengan sangat cepat karena cintanya kepada Rahel. Sayangnya, Yakub menambah “kontaknya” dengan Laban selama tujuh tahun lagi karena ia harus mengikuti peraturan yang diberikan sang paman (ini belum termasuk dengan drama Lea yang “diselundupkan” sebagai “upah” atas kerja keras Yakub sebelumnya). Sebagai bentuk cintanya, Yakub tetap menjalankannya… sehingga total waktu dia menunggu agar dapat menikahi Rahel secara sah adalah 14 tahun. Waduh, ngebayanginnya aja udah berasa lama banget! But finally, Yakub akhirnya bisa hidup bersama Rahel…

Mungkin ada yang beranggapan kalau sebenarnya pada saat itu Yakub sedang jadi bucin. Yak, singkatan dari “budak cinta” yang kalau di zaman sekarang dibilang, “Dikit-dikit foto sama pasangan. Dih, bucin,” atau, “Apa-apa ceritanya soal gebetan/yayang. Halah, bucin dah.” Wah, wah… (Budak cinta kek apaaaa cobaaa wkwkwk) Tapi, tapi… saya kembali mencari informasi lebih detail mengenai kata bucin ini, dan ternyata bucin merupakan bahasa slang atau bahasa gaul yang memiliki sifat musiman. Bahkan saya membaca ciri-ciri orang bucin itu banyak banget penjelasannya…

Nah, ini dia… Saya mencoba melihat di dalam kehidupan saya dan kehidupan dari pemuda-remaja tentang kisah cinta. Waduh, berat kali, ya? Hahaha.. tapi ya perlunya untuk di-sharing-kan adalah agar bisa belajar dari kisah kehidupan orang lain. Back to the topic, saya mencoba melihat kehidupan seorang anak muda yang sedang mengagumi lawan jenis, bahkan ada nama yang selalu dibawa dalam doanya. Saya jadi teringat salah satu teman asrama yang selalu berkata bahwa dia sedang mendoakan seseorang secara khusus. Uhuy… mantep banget, kan? Tapi, tapiii… tentu saja kisah percintaan setiap orang punya keunikannya sendiri, kan? Saya mencoba menyoroti dari kisah seorang pemuda yang sedang menunggu sebuah harapan balik dari lawan jenisnya. Bahkan bisa dikatakan, selama satu tahun lebih dia menunggu harapan tersebut. Melihat penjelasan di awal mengenai ghosting, banyak yang akan berpikir bahwa sepertinya dirinya sedang di-ghosting-in, nih.. Apalagi kalau orang-orang seperti si pemuda ini sudah mulai saling mendekat, sudah chatting pagi-siang-sore-malam, video-call, bahkan mungkin gallery di HP sudah penuh dengan foto-foto pujaan hati. 


Photo by Priscilla Du Preez on Unsplash  


Wait, wait… coba kita berefleksi dari kisah Yakub yang berjuang 14 tahun untuk mendapatkan Rahel. Lah, ini baru setahun, dua tahun, tiga tahun, udah kepikiran di-ghosting (tapi kalau memang udah enggak ada kepastian yang jelas, sebaiknya dipertimbangkan ulang, sih. Haha). Tenang, tenang… kalau dia adalah teman hidup yang terbaik untuk kita, mau sejauh apapun, suatu saat nanti dia akan mencintai kita… Jangan pernah lupa juga untuk berdoa kepada Tuhan agar diberikan hikmat dalam mengambil keputusan—apapun itu, khususnya mengetahui kehendak-Nya apakah dia merupakan pasangan yang sesuai dengan kita atau tidak. Eh, saya rasa bukan hanya berdoa, sih, tetapi usaha kita juga merupakan salah satu faktor yang menentukan keberlanjutan relasi kita.

Tetap semangat, Ignite People! Selalu andalkan Tuhan, jangan lupa juga ceritakan kepada keluarga, karena mereka juga perlu mengetahui tentang pasangan yang kita kagumi.. apalagi pasangan tersebut dibawa ke jenjang yang lebih serius.. Hiyaakkk…

Semangaaatttt :)


LATEST POST

 

Bila hati terasa berat Tak seorang pun mengerti bebanku Kutanya Yesus Apa yang harus kuperbuat  ...
by Yessica Anggi | 22 Mar 2024

Entah mengapa, tapi ego itu begitu menggoda diri manusia. Ego untuk menguasai, untuk menja...
by Markus Perdata Sembiring | 19 Mar 2024

Keraguan adalah salah satu hal yang sering terjadi di dalam kehidupan kita sebagai manusia. Keraguan...
by Immanuel Elson | 14 Mar 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER