It doesn't matter where I go, you walk with me. It doesn't matter when I fall, you cover me. You wipe away the tears, you lift me when I fall. My life is safe by the mercy of your grace. You are my father, provider; You're my deliverer. Your mercies embrace me, surround me through your everlasting love. Father, I worship You. - You are My Father (JPCC Worship)
Dear Ignite People,
Salam dalam kasih karunia Bapa dan Putra dalam persekutuan dengan Roh Kudus,
Setelah membaca ed letter bulan ini, aku merasa ada teman sebagai seseorang yang fatherless di masa kecil. Aku harus terpisah dari ayah sejak bayi karena long distance marriage. Setelah tinggal bersama ayah, aku tumbuh dengan perasaan marah dan dendam karena kekerasan yang terjadi di rumah. Walaupun ayah bersikap keras, dia tetap bertanggung jawab untuk membiayai pendidikanku dari TK hingga S2, bahkan masih sering memberikan uang saku tambahan. Meskipun ayah telah menjalankan tanggung jawabnya, aku tetap merasa hampa dan mati rasa terhadap semua upaya yang dia lakukan. Mungkin selama ini, aku melihat tanggung jawabnya lebih sebagai kewajiban daripada ungkapan kasih sayang yang nyata di balik ketidaksempurnaan ayah dalam membina keluarga bersama ibu.
Gambar 1 Fatherless - medium.com
Karena tumbuh tanpa figur ayah, aku merasa sulit untuk benar-benar memahami dan merasakan kasih Bapa yang begitu besar, yang memberikan Kristus untuk mati di kayu salib demi menebus dosa manusia. Aku sering merasa kosong dan selalu haus akan kasih sayang, yang membuatku mencari cinta dengan cara yang salah. Perasaan berdosa dan rendah diri kerap menghantuiku. Namun, puji Tuhan, melalui kasih karunia-Nya, aku dipanggil untuk bertobat sejak tahun 2018. Momen itu dimulai ketika aku membaca sebuah artikel dari Ignite GKI yang menggetarkan batinku, hingga aku menangis.
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. —Matius 11:28
Sejak 2018, aku berharap tidak akan mengalami masa-masa kelam lagi. Ternyata, Tuhan memiliki rencana lain dalam hidupku: Aku didiagnosis oleh psikiater menderita Skizoafektif Tipe Depresi dd/ Depresi Berat dengan Ciri Psikotik. Aku sendiri tidak sepenuhnya mengerti pergumulan mana yang memicu kondisi kesehatan mental ini, tapi belakangan ini aku merasa sangat lelah dan tenggelam dalam kondisi tersebut. Meskipun aku memiliki support system—psikolog, psikiater, adik, mama, dan satu sahabat—aku tidak bisa setiap hari berbicara dengan psikolog dan psikiater. Di sisi lain, aku juga merasa sulit untuk bercerita banyak pada adik, mama, dan sahabatku karena aku tahu mereka pun memiliki pergumulan dan kesibukan masing-masing. Pada akhirnya, aku sering merasa sendirian dalam menghadapi semua ini. Apakah ni akan jadi bagian dari akhir hidupku yang merana?
Mungkin aku akan menjawab, "Tentu saja!" jika pertanyaan itu dilontarkan enam tahun yang lalu. Namun, kalau menoleh ke belakang, akhirnya aku bisa melihat bahwa Tuhan, yang sekaligus Sang Bapa penuh kasih, menemaniku berproses untuk pulih. Bisa ada di tahap survive (dan akan terus berjuang pulih) seperti saat ini sudah membuktikan kehadiran Tuhan yang beranugerah itu. Aku bersyukur sekarang telah mencapai tahap di mana aku bisa menerima bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Meskipun ayah masih mudah marah, dia sudah tidak bersikap kasar lagi. Puji Tuhan!
Jujur saja, aku masih sering merasa kekurangan kasih sayang, tetapi kali ini aku tidak lagi mencari cinta di tempat yang salah (meskipun aku belum sepenuhnya mencerminkan gambaran Kristus); lagi-lagi, semua ini karena kekuatan dari Tuhan. Ketika membagikan kisah ini, aku teringat pada lagu "Brave" dari Skillet yang selalu mengingatkanku bahwa aku tidak pernah benar-benar sendiri, karena Roh Kudus selalu ada untuk menemani dan menguatkanku.
Wherever I will go
Wherever You will lead
I'll never walk alone
Your Spirit is with me
You're with me as I go
So I will not be afraid
Saat ini, aku sangat berharap bisa menemukan kebebasan dari perasaan kurangnya kasih sayang melalui self-love dan pengenalan yang lebih dalam akan kasih Bapa. Aku ingin sampai pada titik di mana aku juga bisa merasakan betapa Kristus benar-benar cukup, sehingga aku tidak lagi merasa heran melihat orang lain yang menemukan kepenuhan dalam Kristus—karena aku pun merasakan hal yang sama. Kuharap, hal yang sama juga kamu alami, Ignite People. Maukah kita belajar beriman bersama kepada Bapa yang penuh kasih itu, walaupun perjalanannya tidak selalu dipenuhi padang bunga matahari yang indah dan penuh liku-liku?
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: