This Is Us 6: To Build A Home

Best Regards, Live Through This, 14 June 2024
"You will not make your life smaller because of me. This thing that's happening to me will not be the thing that holds you back. So… take the risks. Make the big moves, even if they're small moves. Forge ahead with your lives in any and every direction that moves you. I'm your mother, and I'm sick. And I'm asking you to be fearless.” -Pesan Rebecca kepada tiga anaknya ketika membicarakan perawatan dan kematiannya

Catatan editor: artikel ini merupakan bagian keenam dari seri refleksi "This is Us" oleh Sandra Priskila.


Hidup ini adalah sebuah perjalanan. Sebuah pepatah Jawa bahkan mengatakan, ‘“Urip iku mung mampir ngombe.” Hidup itu diibaratkan seperti perhentian sejenak seorang musafir untuk minum. Singkatnya hidup layaknya sekam yang tertiup angin—tiba-tiba menghilang begitu saja. Di artikel ini, kita akan berefleksi dari perubahan paling niscaya dari manusia: kematian. Sebelumnya, saya meng-encourage agar Ignite People membaca kelima seri terdahulu:


This Is Us 1

This Is Us 2

This Is Us 3

This Is Us 4

This Is Us 5


"This Is Us" musim yang keenam memberikan penghormatan khusus kepada orang-orang terkasih dalam keluarga Pearson, yaitu Marilyn, ibu dari Jack, dan Rebecca, istri Jack. Kepergian kedua sosok ini menunjukkan betapa kita harus menghargai masa-masa ketika orang yang terkasih masih bersama dengan kita. Lihatlah ke sekitar kita dan tanyakan kepada diri kita: siapakah orang-orang tersebut? 


Mari kita sedikit mengenal kedua sosok wanita hebat ini. Marilyn, ibu Jack, adalah seorang istri yang menghadapi kekerasan dari suaminya. Jack dan Nick sebagai anak-anak juga tak luput dari kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya. Kebiasaan minum dan berjudi juga memperparah kondisi ini. Jack akhirnya keluar dari rumah itu ketika menikah dengan Rebecca, lalu Jack juga membantu Marilyn meninggalkan suaminya dan pindah ke kota yang jauh untuk tinggal bersama sepupunya. Sejak meninggalkan rumah, Jack tidak pernah mengunjungi ibunya sampai ketika sang ibu meninggal.

Rebecca, istri Jack dan ibu dari tiga bersaudara, merupakan salah satu tokoh sentral dalam serial ini. Dibesarkan dalam keluarga yang berada. Rebecca juga meninggalkan rumahnya untuk membangun kehidupan dan tradisi keluarga bersama Jack. Ada tradisi yang dia bawa dari keluarga asalnya, tetapi ada juga yang dia ciptakan bersama keluarga kecilnya, seperti ulang tahun ketiga anaknya dan perayaan Thanksgiving. Anak-anaknya begitu mengasihi dia, begitu juga dengan menantu dan cucu-cucunya.


Marilyn dan Rebecca - cbr.com dan screenrant.com 


[spoiler alert] Sebuah penggambaran yang menarik akan kehidupan diberikan dalam episode yang terakhir, menjelang kematian Rebecca. Rebecca sangat menyukai kereta api dan itulah analogi yang dipakai untuk menggambarkan kehidupannya. Rebecca berjalan dari gerbong paling depan hingga paling belakang, yaitu gerbong akhir kehidupannya. Dalam gerbong-gerbong yang dia lalui, dia bertemu dengan orang-orang dalam kehidupannya, baik yang sudah meninggal maupun masih hidup. Ini menunjukkan betapa dia dikasihi oleh orang-orang di sekitarnya dan bagaimana dia menyimpan orang-orang tersebut dalam ingatannya.


Hidup ini memang adalah sebuah perjalanan.

Rebecca menyukai kereta hingga perjalanan hidupnya dianalogikan dengan perjalanan menggunakan kereta. Kita mungkin akan memiliki analogi yang berbeda. Lalu, perjalanan seperti apa yang kita bayangkan sebagai kehidupan kita?


[spoiler alert again] Kehidupan Marilyn di kota yang baru ternyata lebih menyenangkan dan menenangkan. Sangat berbeda dari situasi rumah lamanya, Marilyn dapt berteman, nongkrong, membaca buku, dan memiliki hewan peliharaan. Dia bahkan sempat membuatkan sarung tangan dan membelikan sepatun seluncur untuk ketiga anak Jack. Inilah kesaksian hidup yang Jack dengar dari orang-orang di sekitar ibunya. Selama 13 tahun sejak ibunya meninggalkan rumah, Jack dan ibunya berkomunikasi melalui telepon setiap hari Minggu pukul 6 sore. Hanya sekali pertemuan langsung ketika ibunya mengunjungi keluarga Jack. Inilah yang Jack sesali di akhir hidup ibunya; dia tidak memiliki kesempatan melihat kembali tawa ibunya yang renyah, tidak memiliki pengalaman menemani ibunya dalam aktivitasnya, dan tidak mempertemukan ketiga anaknya lebih sering.


Lain dengan Rebecca; dia dikelilingi oleh keluarga yang berusaha menciptakan kenangan bersama. Di tahun-tahun akhir hidupnya, Rebecca meminta kepada Kevin untuk membangun rumah seperti rancangan yang Jack pernah gambarkan. Rebecca juga mengambil kesempatan pada suatu perayaan Thanksgiving untuk berbicara dengan ketiga anaknya terkaitan perawatan dan kematiannya kelak. Alzheimer's disease yang dideritanya membuatnya mengantisipasi segala sesuatu sebelum kondisinya memburuk. Di tengah segala pergumulan masing-masing, ketiga anaknya menunjukkan perhatian dan dukungan bagi ibunya: rekonsiliasi dari perselisihan, kerja sama, dan saling memperhatikan.


Seperti Marilyn dan Rebecca yang memiliki orang-orang yang mengasihi dua wanita ini di sekitar mereka, tiap orang—termasuk kita—pun sewajarnya demikian. Sebagian dari kita juga mungkin memiliki keluarga atau kenalan yang usianya tak lama lagi. Kadang kala kita berangan-angan, "Apa lagi yang dapat aku lakukan untuk mereka?" Apakah ada sesuatu yang ingin dibicarakan? Apakah ada perasaan mengganjal yang perlu diungkapkan? Apakah ada permintaan maaf yang ingin disampaikan?


I feel like I wasted so much time with you that could have been really great. And now that we are finally great, it's just the timing sucks.” —Kate Pearson kepada Rebecca, ibunya