Siapa yang Bisa Paham Rasa Lelahmu?

Best Regards, Live Through This, 25 March 2024
"Apa jadinya jika anugerah Allah ditemukan dalam penderitaan, sebab penderitaan adalah tempat Allah tinggal?" -Ann Voskamp (parafrase oleh penulis)

Proses dalam hidup memang [terkadang] melelahkan. Segala kebaikan yang kita lakukan tidak selalu dapat kita lakukan dengan sukacita. Bahkan segala tawa dan senyum yang kita keluarkan tidak selalu muncul dari hati yang bersukacita. Jika ditanya, “Kamu lelah?” maka jawabannya adalah “Ya, aku lelah.”


Beberapa waktu yang lalu saya menulis tentang inferioritas. Hampir seluruh orang akan berkata bahwa inferioritas itu buruk. “Untuk apa rendah diri? Kita harus semangat, jangan minder!” Mungkin yang berkata seperti itu terlahir bukan dengan perasaan minder. “Untuk apa terkekang di masa lalu? Maju saja, jangan pikirkan yang di belakang!” Mungkin yang berkata begitu punya kehidupan yang baik. “Sudah tidak usah dipikirkan. Setiap orang pasti punya masalah.” Benar, tapi masalahku tidak sama dengan masalahmu. Mungkin perkataan-perkataan seperti itu harus dipikirkan ulang sebelum kita menyatakannya pada orang-orang tertentu, atau bahkan kepada semua orang.


Image by Marco Verch on Flickr

Saya pernah mendengar seseorang berkata bahwa ada banyak hal yang perlu kita dekonstruksi dalam konsep Kekristenan kita. Bagi saya, mungkin salah satunya adalah cara kita menghadapi orang-orang yang bermasalah dengan dirinya sendiri. Seringkali orang Kristen yang dipandang sebagai konselor tidak mengajak kita merefleksikan perasaan kita sendiri, tidak mengajak kita masuk dan memahami pikiran dan perasaan kita sendiri. Kita datang pada mereka dalam kemarahan, kekecewaan, kesedihan, dan keputusasaan, tapi apa yang mereka tawarkan? Mereka hanya bertanya “kenapa?” tapi tidak pernah bertanya “saat kamu merasa seperti itu, apa yang kamu pikirkan?” Mereka tidak benar-benar mau memahami diri, perasaan, pikiran, dan kejadian yang telah menimpa kita. Mereka terlalu fokus pada memberi nasehat dan arahan disaat mereka tidak bisa menempatkan diri mereka dalam posisi seperti yang kita alami. Berhati-hatilah! Jangan-jangan kita adalah orang Kristen yang seperti ini. Seenaknya menawarkan solusi tanpa melihat permasalahan dari orang yang menceritakannya pada kita.


Dalam Alkitab, Yesus tidak mengajarkan seperti itu. Benar, kita mungkin lelah dalam perjalanan kita menuju tempat yang tidak kita ketahui. Bahkan tempat dimana kita berdiri sekarang, kita seringkali juga kelelahan. Kita capek dengan pergumulan, capek dengan orang-orang yagn datang meminta konseling, capek dengan pekerjaan, sekolah, pelayanan, atasan, atau ketua kerohanian di tempat kita berada. 


Yesus berkata pada Nikodemus, bahwa kasih Allah bagi dunia ini sangatlah besar sehingga Dia rela memberikan nyawa-Nya. Kelelahan kita dalam segala tempat dan dalam setiap langkah kehidupan memberikan alasan mengapa kita sungguh membutuhkan kasih Tuhan, sebab kasih itulah yang memberi kehidupan. Saat kita lelah ketika bangun pagi, perasaan dan pikiran kita kacau ketika berjalan ke tempat kerja, saat yang kita harapkan hanyalah hari libur dan peristirahatan yang panjang, kasih Tuhan tidak pernah lelah menyapa kita. Itulah mengapa sebuah lagu yang berkata “In all my life You have been faithful. In all my life You have been so, so good” dapat menyentuh hati kita setiap hari dan setiap saat. Kelelahan bukan tanda Allah menjauh. Kelelahan bisa menjadi tanda bahwa Allah membuka tangan-Nya untuk merengkuh kita dan kembali menghidupkan batin kita dengan kepastian kasih-Nya.


Yesus tidak pernah memandang rendah pergumulan kita, dan Dia tidak pernah membandingkan hidup dan beban kita dengan orang lain. Sebaliknya, Dia mengerti dan turut merasakan setiap sakit, luka, bahkan kegelapan yang ada dalam diri kita. Saat kita lelah, kecewa, marah, telisiklah sedikit hati kita. Apakah Tuhan masih mendapat tempat di hati kita? Akankah kita meninggalkan Tuhan dalam kegelapan kehidupan kita? Seorang penulis buku pernah berkata seperti ini: “Apa jadinya jika limpahan anugerah Allah ditemukan dalam penderitaan, sebab penderitaan adalah tempat Allah tinggal?” Kalimat ini membuat saya berpikir ulang, jangan-jangan kita disuruh berdoa saat kita merasa ada kegelapan, karena kegelapan itulah tempat Allah yang paling efektif untuk menyentuh dan memeluk kita dengan kelembutan anugerah-Nya. Reruntuhan hidup kita adalah tempat terefektif bagi Allah untuk menyatakan kelembutan kasih-Nya.


Image on Medium

Bila kita hanya dikasihi Tuhan saat keadaan kita baik-baik saja, apa bagusnya kasih Tuhan? Semua orang juga begitu. Namun kita dikasihi saat kita terlalu berdosa. Kita telah direngkuh saat kita terlalu hina. Itulah kenapa kasih Tuhan begitu berharga dan indah. Saat sekarang kita lelah, masakan dia akan membiarkan kita begitu saja? Tidak akan. Rengkuhan anugerah-Nya yang lembut terbuka untuk menopang kita dan memberi kita ruang untuk bersedih dan marah, kecewa dan putus asa, sebab dalam keadaan terburuk yang kita punya, Dia ada disana menemani kita dengan kesetiaan yang tidak pernah bisa kita bayangkan.

Apa yang membuat kita lelah saat ini? Rengkuhlah kelelahan itu. Pahami kenapa kita lelah, perasaan apa yang muncul, pikiran apa yang muncul, dan nyatakan itu semua kepada Tuhan.

LATEST POST

 

Bagi sebagian besar umat Kristiani, sejujurnya peristiwa Paskah—peristiwa kebangkitan Yesus&md...
by Christian Aditya | 26 Apr 2024

Film siksa kubur resmi tayang pada 11 April 2024, dan sebagai penikmat karya Joko Anwar, kami langsu...
by Ari Setiawan | 16 Apr 2024

Takut tambah dewasaTakut aku kecewaTakut tak seindah yang kukiraIgnite People, penggalan lirik lagu...
by Emmanuela Angela | 10 Apr 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER