I see skies of blue and clouds of white; the bright blessed day; the dark sacred night; and I think to myself, "What a wonderful world." - Louis Amstrong
Photo by Alfauzan Nuryadin on Unsplash Hai, Ignite People!
Saat menuliskan ed letter ini, Minbi sedang berada di tempat makan yang bersebelahan dengan sebuah keluarga besar yang sedang membicarakan tentang topik hangat akhir-akhir ini. Bukan cuma para pria yang demen sama topik ini, bahkan wanita pun tertarik untuk membicarakannya. Topik ini melibatkan angka dan banyak negara. Coba tebak, topik apakah itu?
Ya, keluarga ini sedang membicarakan tentang Piala Dunia! Namun, bukan soal Piala Dunianya yang mau Minbi sorot, melainkan tentang kehangatan di dalam keluarga mereka (yang setidaknya Minbi amati sambil makan bubur tiga rasa). Entah karena anak rumahan atau memang kaum mageran, Minbi jarang pergi dan bertemu dengan keluarga besar yang nyambung seperti ini di luar rumah. Bagi Minbi, keluarga tersebut seakan-akan menjadi sebuah pengingat bahwa masih ada hal yang indah di dunia ini: ketika sebuah keluarga bisa saling tertawa dan bercanda bersama-sama.
Namun, bagaimana jika keindahan serupa tidak banyak kita jumpai? Bagaimana jika kita sendiri merasa terisolasi dari dunia, kesepian, dan menganggap tidak ada hal baik yang bisa kita percayai? Bagaimana jika dunia kita adalah tempat yang tidak akan pernah kembali aman dan tentram? Apakah benar bahwa keindahan di dunia adalah sebuah konsep yang abstrak sampai kapan pun?
Photo by Alfauzan Nuryadin on Unsplash
Definisi "indah" bagi setiap orang bisa saja beragam, karena selera dan minat pada estetika bukanlah harga mati seperti ilmu pasti. Namun yang jelas, sesuatu yang "indah" tampak "dalam keadaan enak dipandang; cantik; elok". Pertanyaannya, kalau "indah" bukanlah harga mati, masih adakah hal yang indah di dunia ini? Bukankah sejak kejatuhan dalam dosa, tidak ada sesuatu yang baik dan sempurna? Mungkinkah keindahan dunia ini tidak akan bisa dipulihkan selama-lamanya?
Jawabannya tentu saja bisa! Di dalam anugerah-Nya, Allah sedang menggenapi janji-Nya untuk memulihkan seluruh dunia, termasuk Minbi dan Ignite People. Pemulihan yang Allah kerjakan tidak hanya berhenti setelah Anak-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus Kristus, mati dan bangkit dari kematian, tetapi juga masih berlanjut di dalam kehidupan kita yang rusak akibat dosa. Pemulihan ini memampukan kita untuk melihat gambar diri kita yang sebenarnya: segambar dan serupa dengan Allah, yang pada awalnya diciptakan untuk berelasi dekat dengan-Nya tanpa rasa takut apalagi bersalah. Bahkan saat ini pun Allah terus bekerja melalui kita untuk memulihkan dunia ini dengan kemampuan dan ilmu yang kita miliki. Walaupun demikian, penggenapan terhadap pemulihan baru akan terjadi saat kedatangan Tuhan Yesus Kristus kedua kali. Dan inilah yang kita ingat juga di dalam masa Adven; Adven tidak hanya berbicara tentang kelahiran-Nya ke dunia, tetapi juga menjadi reminder bahwa Dia yang telah lahir, berkarya, mati, bangkit, dan naik ke surga juga akan menggenapi janji-Nya kembali ke dunia dan memulihkan segala sesuatu. Bahasa kerennya, already but not yet.
Pada ed letter terakhir di tahun ini (sekaligus membuka tahun 2023), Minbi—bersama tim Ignite Story—mengajak Ignite People membagikan pergumulan dan kisah seputar "What A Wonderful World". Jika Ignite People pernah berpartisipasi atau menginisiasi sebuah tindakan yang bertujuan memulihkan lingkungan sekitar, mari bagikan pengalaman itu! Kiranya setiap kisah yang dituangkan tidak hanya berhenti sebagai cara Tuhan memelihara Ignite People, tetapi juga menguatkan iman para pembacanya :)
Tuhan memberkati!
Selamat ber-Adven (dan early Christmas) serta mempersiapkan diri memasuki tahun baru!
-Minbi
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: