Di Setiap Kata dan Karyaku, Haleluya Amin!

Best Regards, Live Through This, 03 May 2020
Berikan apa yang sekiranya masih dapat kita beri, Dia akan tetap selalu menyertai.

Situasi dunia semakin pelik karena ada keberadaan si kecil bernama, Virus Korona. Berbagai elemen masyarakat pun mulai menunjukan gelagat yang tidak wajar. Acara tahunan harus melakukan perombakan design lantaran mengalami penundaan hingga ke tahun depan. Berbagai kebijakan mulai dikerahkan dalam menekan angka laju pertumbuhan tren pasien positif. Pembatasan Sosial Berskala Besar mulai diajukan para kepala daerah, tetapi bagaimana dengan para pekerja yang masih harus WFO (Work From Office)? Sulit membayangkan jika lock down benar adanya di negeri ini. Berapa banyak sektor yang akan merugi, sampai harus memulai kembali apa yang sudah mereka perjuangkan? Dalam urusan pendidikan, para pejuang pun ikut terdampak, tak terkecuali saya sebagai seorang mahasiswa.

Ketika saya harus menerima surat keputusan, yang tertera hanyalah informasi tentang perkuliahan dilakukan tanpa tatap muka di ruangan yang sama. Saya pun sadar, bahwa semua kegiatan kemahasiswaan akan berjalan tanpa arah dan tujuan, sehingga tidak banyak momentum yang dapat kuambil melalui tekanan pada tombol rana, serta cahaya yang masuk lewat lensa. Aku sempat menyalahkan Sang Maha Kuasa, mengapa hal ini harus terjadi kepada umat manusia? Seolah pertanyaanku tadi mewakili setiap kegelisahan insan manusia dengan adanya pandemi ini. 

 Seorang anak berjualan minuman di daerah Pasar Baru, Jakarta Pusat. (Dokumentasi Pribadi)

Tetapi aku, tentu aku akan mencari Allah, dan kepada Allah aku akan mengadukan perkaraku.

- Ayub 5:8

Beberapa pria merapikan barang dagangan mereka.(Dokumentasi Pribadi)

Sebelum adanya kejadian seperti ini, semua berjalan tanpa ada halangan berarti. Para pekerja seni berkarya demi menyambung hidup dan memeroleh nama, bahkan karya yang terbaik. Namun, apa daya, Bumi seolah meronta kesakitan dan meminta agar para penghuninya masuk ke dalam rumah secara paksa. Sejatinya, terlintas di benak kalian, apa dampak paling buruk yang akan terjadi kepada para pegiat perekonomian, terutama pegiat seni lapangan, seperti street photographer, natural photographer, dan sebagainya? Mereka akan kehilangan beberapa momen penting yang seharusnya dapat terdokumentasikan dengan baik, tetapi itu dapat menjadi sangat sukar apabila adanya pembatasan dimana-mana. Normalnya, seorang fotografer harus mendekati obyek foto yang akan mereka ambil dengan jarak kurang dari satu sampai dua meter. Sekarang? Setiap orang saja harus memerhatikan jarak antar individu sehingga ini memberikan efek samping kepada para dokumenter jalanan untuk menambah pundi-pundi karya mereka. 

Pedagang asongan berkeliling komplek pertokoan Pasar Baru untuk menjajakan dagangannya. (Dokumentasi Pribadi)

Saya pun merasakan apa yang mereka rasakan. Tak ada karya baru, hanya bisa di rumah dengan pengambilan gambar yang sebatas “itu-itu saja” sehingga mampu meningkatkan tingkat kejenuhan seseorang dengan cepat. Ya, mungkin aku dan beberapa rekan sejawat pun merasakan dampaknya, tetapi menurutku, ini bukanlah hal yang harus disesali, melainkan patut untuk disyukuri. Walaupun karya kita hanya bersifat repetitif, tetapi apa salahnya dengan keberadaan pandemi? Waktu seolah meminta kita untuk kembali merenungkan, serta merefleksikan apa yang sudah kita kerjakan dengan “seadanya”. Saya seolah menyalahkan keadaan dengan ego yang tinggi. Pandemi ini seolah menghancurkan karir saya sebagai seorang fotografer yang sedang belajar banyak hal di luar sana. Namun, saya sadar, meskipun terjebak dalam pandemi, saya masih mampu belajar hal lain yang seharusnya dimiliki oleh para fotografer - kemampuan photo editing, misalnya.

Ignite People!  Saya merasa, di kala situasi seperti ini, sepatutnya kita bersyukur walaupun Bumi sedang tidak kondusif. Kita patut merefleksikan apa yang sudah, sedang, dan akan kita kerjakan ke depannya. Ingatlah, kita wajib memuji Tuhan dalam setiap langkah kita ambil di dunia ini. Cukup dengan mengucap haleluya dan amin, kita ingat pada-Nya yang pasti mengerti apa yang sedang kita alami saat ini. Saya pada akhirnya mampu mempelajari berbagai teknik dan cara memroduksi foto yang baik, serta memiliki nilai dan harga jual bisa dibilang tinggi untuk selevel anak kuliahan tahap awal. Saya selalu berpegang pada sebuah ayat dalam berkarya:

Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.

- Kolose 3:23

Bersyukur kita yang masih memiliki pekerjaan, bersyukur untuk kita yang masih mampu menelan sesuap nasi dan mengenyangkan perut, dan lain sebagainya. Teruntuk kalian yang masih mampu berkarya dalam wujud lain, seperti memasak untuk para saudara kita (para pegiat jalanan yang memiliki penghasilan yang tidak pasti) mari mengucap syukur atas keadaan yang sedang terjadi. Berikan apa yang sekiranya masih dapat kita beri, Dia akan tetap selalu menyertai. Bagaimana pun, ini merupakan wujud syukur kita di dunia untuk memuliakan nama Tuhan pada setiap aspek kehidupan kita, baik itu melalui ucapan semangat, dan karya lainnya. 

Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!

- Filipi 4:4


LATEST POST

 

Film siksa kubur resmi tayang pada 11 April 2024, dan sebagai penikmat karya Joko Anwar, kami langsu...
by Ari Setiawan | 16 Apr 2024

Takut tambah dewasaTakut aku kecewaTakut tak seindah yang kukiraIgnite People, penggalan lirik lagu...
by Emmanuela Angela | 10 Apr 2024

GetsemaniDomba putih di penghabisan jagal Merah kirmizi di kandungan sengsara atas cawan yang kesumb...
by David Ryantama Sitorus | 10 Apr 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER