Tetap Kuasai Diri Saat Pandemik Covid-19

Best Regards, Live Through This, 17 April 2020
"Lalu kata mertuanya itu: "Duduk sajalah menanti, anakku, sampai engkau mengetahui, bagaimana kesudahan perkara itu; sebab orang itu tidak akan berhenti, sebelum diselesaikannya perkara itu pada hari ini juga." - Rut 3:18


"Di waktu ku masih kecil, gembira dan senang
Tiada duka ku kenal, tak kunjung mengerang
Di sore hari nan sepi, ibuku bertelut
Sujud berdoa ku dengar namaku disebut

Di doa ibuku, namaku disebut
Di doa ibuku ku dengar, ada namaku disebut

Seringlah ini kukenang, di masa yang berat
Di kala hidup mendesak dan nyaris kut ersesat
Melintas gambar ibuku, sewaktu bertelut
Kembali sayup ku dengar, namaku disebut

Di sore hari nan sepi, ibuku bertelut
Sujud berdoa ku dengar namaku disebut
Di doa ibuku, namaku disebut
Di doa ibu 'ku dengar ada namaku disebut
Ada namaku disebut


Lagu di atas merupakan satu lagu rohani yang sangat terkenal. Kali pertama dikumandangkan oleh seorang penyanyi rohani yang masih kanak-kanak. Jujur saja, aku suka sekali dengar lagunya. Syahdu dan cukup menenteramkan batin. Dulu aku suka mendengarkannya menjelang tidur. Dan, percaya atau tidak, tak butuh waktu lama setelah mendengarkannya, aku langsung terlelap. 

Sedemikian bagus lagunya, iramanya sangat enak didengar, dan kuakui lagu ini sangat filosofis. Dulu, aku belum begitu memaknai lagu rohani ini. Padahal, lucunya, lagu ini sering diperdengarkan saat acara-acara rohani untuk anak-anak.

Aku baru benar-benar memaknai lagu ini sekitar lima tahun yang lalu. Mendiang Mami harus menghadap ke rumah Bapa di surga pada tanggal 24 Juli 2015 silam. Mendengarkan lagu ini sembari mengingat wajah ibunda tercinta, aku sangat bisa menghayati kata demi kata yang tertuang dalam lirik lagunya. Apalagi--bareng "Kasih dari Surga"--samar-samar kuingat, lagu ini merupakan favorit beliau.

Ah, andaikan beliau masih hidup, pasti beliau yang paling rewel saat pandemik Corona ini. Harus inilah, harus itulah, dan blablabla lainnya. Walau sedemikian rewelnya, satu yang aku salut dari beliau: Bagaimana fpun masalah datang bertubi-tubi, aku kagum beliau sebisa mungkin tetap tenang dan mengumbar senyum ke mana-mana. Beliau pernah merasakan khawatir, namun aku hampir tak pernah melihat kekhawatiran yang berlebihan.

Bicara mengenai kekhawatiran yang berlebihan, sekarang ini hampir seluruh orang di penjuru dunia tengah cemas. Aku rasa terlalu banyak berita negatif. Oke, aku ralat, cukup banyak berita negatif. Jumlah korban Corona yang malah makin bertambah, lalu berita PHK di mana-mana, supir ojek online kehilangan banyak pesanan, dan... ah, banyak sekali (Silakan lihat sendiri beritanya di mesin pencari). Seolah-olah virus ini sangat mematikan dan dunia akan memasuki kesudahannya.

Aku rasa, panik itu boleh. Tuhan juga tidak melarang kita panik. Rasa panik juga bagian dari emosi yang diberikan oleh Dia seperti layaknya rasa sedih, kecewa, senang, atau pun marah. Bahkan Yesus juga pernah panik. Ingatkah kita bagaimana Yesus berdoa di Taman Getsemani dengan perasaan kalut yang luar biasa? Itulah kenapa aku bilang, Tuhan tak pernah melarang kita panik. Panik boleh, asal jangan berlebihan. Apalagi sesuatu yang berlebihan juga tak baik.

Di tengah pandemik seperti ini, di tengah masa-masa yang sepertinya tak pasti ini, ada baiknya kita lebih banyak merenung dan berserah diri ke Tuhan Allah. Sedikit kita mundur sedikit ke belakang, lalu lihat apa saja yang sudah dilakukan Tuhan untuk kita. Lihat pula seberapa sering kita melakukan sesuatu untuk Tuhan (bisa kita baca Matius 25:45, dan perlahan mengamalkannya di saat-saat seperti ini). Bersabarlah dalam masa-masa yang mungkin penuh kesukaran ini; jangan sampai karena pandemik Corona ini, saking banyaknya berita negatif di mana-mana, kita jadi salah langkah, sampai-sampai kita tak bisa melihat dan merasakan hadirat dari Allah yang Maha Kuasa.

Ada satu ayat bagus yang aku dapatkan dari Youtube, dari kesaksian iman seseorang. Bagus sekali ayatnya. Ayat ini dikutip dari kitab yang katanya ditulis sendiri oleh Raja Salomo. Coba baca Amsal pasal 19 ayatnya yang kedua. Berbunyi seperti ini: 

"Tanpa pengetahuan kerajinan pun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah." 

Jangan tergesa-gesa. Jangan panik berlebihan juga. Saat panik melanda, ingatlah bahwa diri kita masih memiliki Tuhan Allah yang menciptakan kita semua. Lalu, coba pikirkanlah yang indah-indah seperti tercantum di dalam Filipi 4:8. 

"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."

Tenangkan diri kita. Kuasai diri kita juga. Janganlah terlalu terpengaruh dengan kekisruhan yang ada. Seperti yang Rasul Paulus ajarkan kepada jemaat di Roma: "Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing (Roma 12:3)."

Dan, ada sebuah kisah yang sangat menarik di Alkitab yang bisa dijadikan rujukan di tengah kondisi seperti sekarang ini. Di awal tulisan ini, aku membawa-bawa perihal ibu yang notabene seorang wanita. Nah, kisah ini datang dari seorang wanita yang luar biasa. Dia berdarah Yahudi, dan bernama Ester.

Kisah Ester ini merupakan salah satu kisah yang diceritakan saat sekolah minggu dulu. Tentang seorang wanita dari suku terbuang, yang akhirnya menjadi seorang ratu untuk seorang raja Media-Persia yang bernama Ahasyweros. Walau sudah menjadi ratu, Ester tetap sangat berduka dan berempati terhadap penderitaan bangsanya sendiri akibat peraturan yang dibuat oleh seorang petinggi kerajaan bernama Haman. Lewat Mordekhai, Ester meminta bangsa Yahudi untuk berpuasa. Lalu, diceritakan, dengan amat bijaksana Ester akhirnya menyelamatkan bangsa Yahudi dari upaya pembunuhan besar-besaran.

Maka dari itu, tetaplah tenang dan kuasai diri. Seperti Ester yang berusaha tenang sehingga dengan amat bijaksana dirinya malah menyelamatkan bangsanya sendiri. Atau, seperti Rut, perempuan Moab, yang tetap mengikuti ke mana mertuanya, Naomi melangkah. Andai saja Rut panik, dia mungkin sudah meninggalkan Naomi setelah kedua anak Naomi meninggal dunia. Nyatanya, Rut malah berkata,



"Janganlah desak aku meninggalkan engkau  dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi,   ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku   dan Allahmulah Allahku di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi  dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku   dari engkau, selain dari pada maut!"
(Rut 1:16-17)        

Dan, Rut akhirnya menuai hasil dari kesetiaannya yang bersikeras hidup bareng mertuanya, meski harus menjadi pekerja kasar di sebuah ladang kepunyaan orang. Rut dipinang Boas yang kaya-raya dan kelak dari padanya, akan lahir Raja Daud dan Raja Salomo yang amat bijaksana.

Kesimpulan dari segala kesimpulannya adalah tetap kuasai diri. Jangan panik berlebihan. Tetaplah bersabar dan berpengharapan di segala kesukaran hidup. Di depan sana, percayalah bahwa Allah sudah mempersiapkan hadiah yang terbaik.

Ah, semua ini sungguh mengingatkanku dengan sosok Mendiang Mami, yang begitu sabar dan ulet, yang kurang lebih menyerupai Rut tersebut. Hiks! 😢



LATEST POST

 

Apa yang ada di benak Anda ketika sedang berulang tahun? Bahagia di hari yang indah?Sukacita ka...
by Kartika Setyanie | 01 Oct 2024

Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, menjaga kesehatan mental menjadi tantangan tersendiri, teru...
by Admin | 27 Sep 2024

Dear Ignite People, Salam dalam kasih karunia Bapa dan Putra dalam persekutuan dengan Roh Kudus...
by Sobat Anonim | 27 Sep 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER