Falsafah Hidup Masyarakat Sunda: Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh dalam Compassion

All About GKI, Behind The Scene, 17 March 2020
Hirup mah kudu silih asah, silih asih, silih asuh. Lain silih siah, silih sieuh, silih soeh. – Ridwan Kamil

Mungkin kalian pernah mendengar istilah Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh atau yang dikenal dengan Silih Wawangi atau Siliwangi. Apakah itu? Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh merupakan falsafah hidup masyarakat Sunda pada zaman seorang raja yang bernama Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja yang berkuasa di kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran (bukan Sunda Empire). Falsafah ini sangat kental dan membudaya di masyarakat Sunda dari zaman dahulu hingga sekarang.

Lantas mengapa dan apakah ada hubungannya dengan compassion?https://gilangkurniaji.wordpress.com/ 

Merupakan suatu kebanggaan dan pastinya bukanlah sebuah kebetulan jika IGNITE Conference yang pertama diadakan di Tanah Pasundan. Ternyata, selain seluruh pembicaranya bisa menginspirasi orang lain, ada nilai-nilai hidup dari Tanah Pasundan yang erat hubungannya dengan compassion atau welas asih yang bisa kita lakukan. Di sisi lain, kita bisa memuliakan Tuhan Yesus dan juga bermanfaat bagi sesama manusia, salah satu dari nilai-nilai budaya dan sejarah Indonesia bisa dilestarikan.

Tenang saja, saya tidak akan meringkas acara IGNITE Conference dari awal sampai akhir, karena sudah ada beberapa teman yang meliput acara tersebut dan memuatnya dalam artikel yang sudah terbit di situs ini; yang saya akan bahas sekarang adalah bagaimana kaitan compassion dengan nilai Silih Asah, Silih Asih, dan Silih Asuh sendiri?


Silih Asah

Silih asah berarti mengembangkan dan memperkaya sesama di dalam menyebarkan ilmu pengetahuan yang kita miliki. Alias membaktikan ilmu-ilmu yang kita miliki kepada masyarakat di luar sana. Ini terwujud di dalam topik pembahasan salah satu pembicara di IGNITE Conference mengenai ketimpangan ekonomi di Indonesia, yang bisa diminimalisir dengan cara yang sederhana, yakni mengajak para warga untuk taat membayar pajak.

Silih Asih

Silih asih berarti menciptakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, untuk menciptakan kehidupan yang adil, harmonis juga dinamis. Sungguh indah jika masyarakat Indonesia bisa hidup damai tanpa rasisme atau mempersoalkan segala kemajemukan atau perbedaan yang ada. Hal ini tergambarkan melalui pembahasan salah satu pembicara di IGNITE Conference mengenai pengalamannya berkali-kali mengikuti tes masuk calon pegawai negeri sipil (CPNS), tetapi tidak lolos seleksi hanya karena beliau beragama Kristen dan bersuku Tiongkok atau yang kita kenal dengan sebutan double minority. “Jangan Kalah Berisik” yang menjadi tagline terakhir presentasinya mengingatkan kita untuk tidak boleh menyerah menghadapi ketidakadilan karena perbedaan yang ada.

Silih Asuh

Silih asuh berarti kepedulian akan satu dengan yang lain. Manusia saling mengingatkan dan menegur demi terbangunnya kehidupan yang lebih baik lagi. Kata insekyur yang saat ini menjadi trending topic di kalangan anak muda membuat mereka tidak percaya diri, membuat mereka ragu akan masa depan mereka, ragu akan penyertaan Tuhan sepenuhnya di dalam hidup kita juga membuat adanya suatu perbandingan antara hidup kita dengan hidup orang lain. Melalui topik 'insekyuritas' yang diangkat pada sesi IGNITE Podcast, kita diingatkan  agar tetap positif dalam menjalani hidup; dan diharapkan, para pemuda jugasaling mengingatkan sesamanya untuk tetap positif menjalani hidup ditengah insekyuritas yang merajalela.

Itulah makna dari Silih Asah, Silih Asih, dan Silih Asuh yang telah tercermin dalam IGNITE Conference 2020: Compassion. Semoga kita tidak hanya terinspirasi dengan para pembicara di IGNITE Conference, tetapi kita terinspirasi oleh Sumbernya, yakni Tuhan Yesus sendiri yang compassion-nya tidak hanya semata-mata tercermin melalui orang buta yang disembuhkanNya, tetapi juga melalui perbuatan compassion tertinggi yang dilakukanNya, yakni Dia mati di kayu salib dan bangkit pada hari yang ketiga untuk menebus dosa kita semua, manusia-manusia yang dikasihi-Nya.


“Yesus welaseun, seug panon maranehna diusap, bray bae bareunta barisa nenjo, tuluy ngiring ka Anjeunna.” 

– Matius 20:34
- Alkitab Bahasa Sunda, 1991

LATEST POST

 

Bila hati terasa berat Tak seorang pun mengerti bebanku Kutanya Yesus Apa yang harus kuperbuat  ...
by Yessica Anggi | 22 Mar 2024

Entah mengapa, tapi ego itu begitu menggoda diri manusia. Ego untuk menguasai, untuk menja...
by Markus Perdata Sembiring | 19 Mar 2024

Keraguan adalah salah satu hal yang sering terjadi di dalam kehidupan kita sebagai manusia. Keraguan...
by Immanuel Elson | 14 Mar 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER