Nanti Kita Cerita Tentang Cinta Hari Ini

Best Regards, Live Through This, 12 February 2020
Kubiarkan diriku mencintaimu dengan sederhana, seperti kata penyair Sapardi Djoko Damono: "...dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”

Berpisah itu menyakitkan! Apalagi mencintainya dalam diam dan hanya memandangi dari kejauhan. Bukan karena keinginan pribadi, tapi ini berbicara mengenai kebutuhan. Jujur ini berat untukku. Tidak ada yang mudah saat kita bicara tentang cinta, segalanya menjadi sangat complicated untuk dijalani. But, dari segala hal tersulit yang harus dijalani, pasti ada sesuatu yang indah yang siap dituai suatu saat nanti.

Oke, sebelum kita bicara tentang hari ini, aku sampaikan kisah cintaku di masa lalu. Aku memang sangat mengaguminya begitu pertama mengenalnya. Mungkin ini yang disebut 'cinta pada pandangan pertama'. Walau sebagian dari kita tidak setuju tentang kekuatan cinta pandangan pertama, tapi buat kamu yang pernah ada diposisi yang sama pasti mengerti apa yang aku rasakan saat itu, kita seperti sedang menemukan dunia yang baru, tenggelam dalam kenikmatannya, dan menanti-nantikan perjumpaan demi perjumpaan berikutnya.

Kami bertemu di segala musim. Musim hangat maupun musim dingin. Aku sangat menikmati kehadirannya. Dirinya membuatku merasa tenang saat situasi tak nyaman sekalipun, juga di kondisi panik, takut, gelisah, lelah, dan frustasi. Ia menenangkan jiwaku dan memberi keteduhan untuk aku dapat berpikir lebih jernih dan mengambil keputusan-keputusan tersulit dalam hidup. Ia juga hadir sebagai sosok yang menyegarkan momen-momen ceriaku. Ia memberi kebahagiaan untuk mendukung hari-hariku.

 Namun tanpa aku sadari, intensitas kebersamaan kami justru sudah menjadi adiktif dalam diriku dan aku nggak pengen kebersamaan ini menjadi toxic bagi kenikmatan tubuhku yang hanya akan membuahkan penderitaan pada akhirnya. Tiba-tiba aku tersadar untuk mengambil langkah penting demi kesehatanku yang perlu aku pedulikan. Aku mengurangi intensitas pertemuan-pertemuan kami. Di saat inilah aku harus belajar merelakannya berjalan di jalan yang berbeda. Jika kamu bertanya padaku apakah aku menyesal, jawabanku... TIDAK. Berhasil ataupun gagal, aku bangga hidup di atas keputusan itu.



Beberapa bulan lalu aku mengalami sakit dan diminta dokter untuk mengubah pola hidup yang tidak sehat. Setidaknya aku bersyukur, adanya sakit itu mengingatkan aku untuk hidup lebih peduli menjaga kehidupan yang lebih sehat. Awan dan hujan menggenang dalam gerimis saat itu, semakin kuat menggenggam cinta semakin tergoreskan sayatan di balik genggaman. Walau bersamanya sulit kuhindari, tapi demi kebaikan bersama aku harus bisa merelakannya. Salah satu cara adalah mengurangi perjumpaan-perjumpaanku dengannya. Mendung gelap dengan petir besar, namun awan dilarang untuk menjatuhkan air mata. Kamu yang pernah mengalaminya pasti mengerti rasa itu bukan?!     

Aku tidak tahu di mana ujung perjalanan ini, aku tidak bisa menjanjikan apapun. Selama aku mampu, aku akan bertahan. Kami manjauh bukan berati kami tak menegur sapa. Itu yang aku alami saat aku harus membatasi hubunganku dengan...

 “secangkir kopi hangat”

Ya, kopi Kau tak salah membacanya. Terlepas dari semua itu, aku sangat menghargai momen-momen dan waktu-waktu yang kami lalui bersama, dan di sanalah aku belajar banyak arti kehidupan cinta dari secangkir kopi. Aku akan menunjukkannya kepadamu.



Nah, sekarang mari kita cerita tentang cinta hari ini. Kini aku sedang membayangkan jika rasa cinta yang aku rasakan terhadap kopi itu berlaku juga dengan rasa cinta yang dimiliki Bapa kepada kita, anak-anak-Nya. Aku membayangkan bagaimana perasaan Allah saat manusia melakukan kesalahan dan meracuni relasinya dengan Allah. Bagaimana perasaan Allah yang dikecewakan, dikhianati, dan disangkal berulang kali oleh manusia? Pastinya menyedihkan dan menyakitkan bukan?! Etss, tapi kabar gembiranya adalah pada dasarnya Bapa kita itu Allah yang luar biasa dan karena cinta-Nya yang begitu besar bagi dunia ini termasuk pada kita manusia (melebihi rasa cintaku terhadap kopi pastinya!!), Ia rela melakukan perwujudan cinta sejati itu untuk meraih dan memperbaiki relasi kita dengan-Nya. Cara Allah sungguh ajaib, kita yang gak layak sebenarnya, tapi oleh cinta-Nya dijadikan sebagai pribadi yang berharga di mata-Nya. Aku dan kamu berharga di mata-Nya, bukankah itu kabar baik dari relationship goal yang kita dambakan?!

Kabar baik berikutnya, coba lihat kopi itu hadir untuk semua orang lho. 

Kopi tidak pernah memilih siapa yang layak menikmatinya, karena di hadapan kopi, kita semua sama. 

Mungkin jika kopi itu punya perasaan, ia bisa menolak untuk diminum oleh orang tertentu. Tapi, nyatanya tidak. Kopi tidak peduli siapa yang meminumnya. Mau orang kaya, miskin, tua, muda, maling, atau pejabat, semua berhak menikmatinya. Begitu juga Allah, yang hadir bagi semua orang tanpa memandang siapa dan apa pekerjaanmu. Kopi hadir sebagai karya yang bernilai. Kopi itu masterpiece para pengolahnya. Begitu juga kita manusia adalah masterpiece Tuhan Yang Maha Kuasa, termasuk aku dan dirimu. Kita manusia dijadikan bernilai dan berharga oleh karena cinta Bapa yang begitu besar dalam membentuk kita menjadi karya-karya terindah-Nya. 

Proses perjalanan kopi hingga akhirnya terseduh dalam suatu cangkir tidaklah instan. Biji kopi perlu dihaluskan lalu dibuat dalam bentuk bubuk, kemudian diseduh dengan berbagai macam teknik penyeduhan hingga menjadi minuman yang nikmat bagi peminumnya, bukankah ini membutuhkan kesabaran dalam menyajikannya? Bahkan beda tangan yang mengolahnya, akan menghasilkan cita rasa berbeda. 

Beragam jenis kopi juga bisa menghasilkan kenikmatan yang berbeda-beda. Bahkan kopi pun bisa disajikan dengan sederhana layaknya kopi tubruk atau bisa menjadi minuman berkelas dengan tampilan yang wah seperti kita temukan di kafe-kafe. Itulah keunikan kopi. Layaknya kopi, manusia pun punya keunikannya masing-masing. Manusia tidak ada yang bisa disamaratakan. So, kita harus mampu menghargai setiap perbedaan dari karya masterpiece Tuhan ini. Lingkungan yang berbeda akan menghasilkan karakter manusia yang berbeda-beda. Untuk itu cintai dan hargailah keunikanmu, karena Allah yang menciptakan keunikan itu dan membuat dirimu juga diriku spesial dimata-Nya.





Seperti yang kita tahu untuk menghasilkan secangkir kopi yang nikmat, membutuhkan perjalanan panjang yang harus dilalui. Percayalah perjalanan dan proses yang panjang tersebut tidak akan mengkhianati hasil yang didapat. Sama halnya dengan kehidupan kita, jika kita terus bersantai-santai dalam menjalani kehidupan, bagaimanakah kita dapat mewujudkan semua impian kita? Dalam hidup kita perlu yang namanya kerja keras, dan aku paham semua orang juga pasti tahu itu. Namun yang terpenting adalah kita perlu bersabar dalam menikmati proses kerja keras itu. Ketika semangat sedang turun, datanglah pada Allah sebagai mood-booster terbaik dalam melanjutkan perjalanan ini. Jika kopi saja butuh perjalanan yang tidak sekedar satu dua hari, apalagi kita dalam mencapai mimpi. Cintai dan nikmati prosesmu.

Tidak ada yang lebih nikmat, semua memiliki kenikmatannya masing-masing. Kembali pada selera penikmatnya, lebih suka jenis kopi yang seperti apa. Begitulah hidup, setiap manusia memiliki jalan hidupnya masing-masing. Bagi orang lain bisa jadi hidup kita terasa ringan, tapi bagi kita terlihat sangat menyedihkan. Bagi kita masalah orang lain terlihat begitu mudah, sedangkan bagi mereka yang menjalaninya terasa begitu sulit. Semua kembali pada sudut pandang dan cara menjalaninya. 

Penikmat kopi biasanya adalah orang-orang yang bisa menghargai perbedaan-perbedaan tersebut. Maka tak heran, kopi bisa menjadi pengikat rasa bagi mereka yang berkumpul di sebuah ruangan yang sama. Secangkir kopi bisa menjadi pembuka obrolan yang hangat bagi orang-orang yang baru saja saling bertemu atau telah lama terpisah sekian tahun. Kalau kopi saja bisa menjadi alasan untuk pertemuan mereka yang terpisah, Allah seharusnya menjadi alasan terpenting banyak hati untuk bertemu. 

Selamat menjalani cerita cintamu hari ini dan menemukan makna bersamaNya!

LATEST POST

 

Bila hati terasa berat Tak seorang pun mengerti bebanku Kutanya Yesus Apa yang harus kuperbuat  ...
by Yessica Anggi | 22 Mar 2024

Entah mengapa, tapi ego itu begitu menggoda diri manusia. Ego untuk menguasai, untuk menja...
by Markus Perdata Sembiring | 19 Mar 2024

Keraguan adalah salah satu hal yang sering terjadi di dalam kehidupan kita sebagai manusia. Keraguan...
by Immanuel Elson | 14 Mar 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER