“Ojok Jago Kandang”, Sebuah Pola Pikir Pelayanan yang Harus Dipegang Erat

Best Regards, Live Through This, 21 April 2019
Seorang pelari tak akan menjadi pemenang jika tidak mulai melayangkan langkah kakinya maju, begitupula kita sang pengubah takkan bisa mengubah keadaan apapun jika masih berada di zona nyaman

“Kamu sering nyanyi di kamar mandi?”, tanya sang pelatih vokal. “Sering kak, kenapa?”, tanggap sang murid. “Lebih percaya diri mana, menyanyi di kamar mandi, di ruang latihan atau di panggung?” Langsung dijawab oleh murid tersebut, “Jelas di kamar mandi. Hmm.. Mungkin kalau nyanyi di depan jemaat, saya perlu berhati-hati agar tidak dikritik oleh mereka.”

                                          

Penggalan percakapan di atas merupakan percakapan ketika awal saya berlatih vokal dengan Anastasia Widhyadi, anak sang pencipta Hymne GKI. Perlu saya akui pada masa awal latihan maupun tampil dalam pelayanan, beliau sering marah kepada saya, entah karena suara fals, tidak keras dan sebagainya. Saya pun mengakui, semua bermula dari ketakutan yang merajalela. MINDSET! Saya kerap kali takut dan mengambil langkah yang terlalu hati-hati, tidak hanya pada pelatihan vokal saja, tapi juga pada GKI Care Unit (GCU).

                                          

Sedikit pengenalan, GCU merupakan komunitas anak muda GKI (yang sampai saat ini berdomisi di area Sinwil Jatim) yang memiliki fokus pelayanan dalam bidang sosial. Produk pelayanan pertama GCU ialah English For Fun, pelayanan berupa les Bahasa Inggris untuk jenjang pra-TK hingga SD. Target kami adalah menjangkau anak tanpa melihat latar belakang agama dan suku mereka. Namun hal tersebut membuat kami khawatir kalau nanti orang tua murid dan masyarakat melihat kami sedang melakukan “Kristenisasi”, terlebih pilihan tempat kami adalah area gereja atau rumah pastori. Mindset ketakutan kami tentang “Kristenisasi” tinggal cukup lama di benak kami. Namun keadaan ini berakhir dengan tekad bulat yang terkesan bodo amat dengan persepsi negatif yang belum tentu ada. EFF berkomitmen memberikan materi tanpa ada unsur agama tertentu. Syukur, ketakutan tersebut hilang dan justru dari 30-an murid, sebagian besar merupakan umat beragama lain dan murid serta orang tua merasa nyaman.



Sedikit melompat di Temu Raya Pemuda GKI 2017 dengan tema “Urip Iku Urup” yang bertujuan mendorong pemuda GKI untuk mau dan mampu berkontribusi nyata di dalam lingkup bangsa dan negara. Masih banyak hal yang perlu diperbaiki dari bangsa ini, baik sistem pendidikan yang belum mengarah ke pembinaan karakter, sistem perekonomian yang makin memperlebar jarak antara konglomerat dengan wong cilik, sistem politik yang membuat kebijakan demi keuntungan golongan tertentu dan masih banyak lagi. Siapa yang patut membawa perubahan? Kita, anak muda GKI, sang pengubah (we are the transformer).

                                          

Apakah mudah untuk membuat perubahan tersebut? Tidak, semuanya butuh proses, kesabaran dan keberanian untuk melangkah. Saya meyakini, medan di luar zona nyaman kita bukan hal yang mudah ditaklukkan, tapi mulailah untuk memperlengkapi diri, dengan berbagai ilmu yang telah kita miliki di bangku pendidikan. Jika perlu, desaklah Majelis Jemaat tempat kita berada untuk membuat workshop yang bersifat hardskill maupun softskill sehingga makin memperlengkapi kesiapan anak muda dalam berkarya.

                                          

                                          

Tujuan yang jelas, kesiapan diri yang cukup akan menjadi lengkap dengan mengubah mindset yang dulunya penakut menjadi pemberani. Seorang pelari tak akan menjadi pemenang jika tidak mulai melayangkan langkah kakinya maju, begitupula kita sang pengubah takkan bisa mengubah keadaan apapun jika masih berada di zona nyaman. Tanamkan dalam diri, kita mampu membawa perubahan nyata di luar gereja kita, di luar rumah kita, di luar kampus kita, di luar rasa kenyamanan kita. Sang pengubah, tidak akan mengubah apapun jika tidak mampu mengubah dirinya sendiri yang hanya jago kandang. Salam Ojok (jangan) Jago Kandang.

                                          

artwork by Christian Juliano

                                          


LATEST POST

 

Film siksa kubur resmi tayang pada 11 April 2024, dan sebagai penikmat karya Joko Anwar, kami langsu...
by Ari Setiawan | 16 Apr 2024

Takut tambah dewasaTakut aku kecewaTakut tak seindah yang kukiraIgnite People, penggalan lirik lagu...
by Emmanuela Angela | 10 Apr 2024

GetsemaniDomba putih di penghabisan jagal Merah kirmizi di kandungan sengsara atas cawan yang kesumb...
by David Ryantama Sitorus | 10 Apr 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER