Menuju Tempat yang Dinanti pada Waktu-Nya

Best Regards, Live Through This, 26 December 2022
Langkah yang lebih siap membuat setiap proses perjuangan berikutnya dapat dihadapi dengan sigap. Semuanya berujung pada diri kita yang lebih berisi untuk pekerjaan yang lebih besar.

Artikel yang saya tulis kali ini adalah refleksi pribadi setelah menjalani dua tahun pelayanan di Desa Silutung, Sulawesi Tengah. Seperti judulnya, "Tempat yang Dinanti", Desa Silutung menjadi "tiket" bagi saya menuju tempat yang sudah saya impikan sejak 2018, saat saya masih semester 7 dalam masa praktik pelayanan di Jakarta. 

Bagaimana sampai saya bisa berakhir di Desa Silutung, dan bukan langsung pada tempat yang diimpikan saat itu? Hal ini mengingatkan saya atas dua peristiwa pada tahun 2020 sebelum akhirnya saya melangkah ke Silutung. Peristiwa pertama ialah saya ditolak oleh yayasan yang direkomendasikan oleh senior dengan beberapa alasan. Peristiwa kedua ialah tempat/yayasan yang saya impikan saat itu belum membuka lowongan, sementara pihak kampus sudah menanyakan tempat pelayanan sesudah wisuda. Dua peristiwa di tahun itu sukses membuat saya cukup sedih, tetapi tidak menyerah.


Photo by Anne nygard on Unsplash 

Pada akhirnya, Desa Silutung—sebuah tempat yang tidak pernah terlintas dalam doa-doa dan rencana pelayanan—justru menjadi tempat pelayanan saya. Tempat yang tidak terpikirkan dan yang tidak pernah didengar telinga itu nyatanya membuat mimpi saya menjadi kenyataan, walaupun harus tertunda selama dua tahun. Dua tahun yang telah dilalui membuat saya belajar banyak hal. Ya, ada banyak hal yang sangat saya perlukan untuk memenuhi setiap persyaratan agar "tiket impian
 bisa dicetak. Mulai dari belajar hal yang saya sukai hingga yang tidak menyenangkan sekali pun.

Ignite People, dari dua tahun pelayanan di Desa Silutung membuat saya menghidupi statement "waktu Tuhan pasti yang terbaik". Di dalam waktu-Nyalah saya dan Ignite People dapat  bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik, sehingga kita lebih siap menyongsong berbagai hal baru dan penuh penyingkapan diri di kemudian hari. Kita membutuhkan hati yang lebih siap menghadapi kenyataan bahwa penolakan dan penundaan bisa dialami oleh siapa saja dan terjadi kapan pun. Kita juga membutuhkan pikiran yang lebih siap untuk menerima ketidaksesuaian atas semua yang sudah ditargetkan di waktu tertentu. Dengan melatih diri berespons tepat untuk berbagai ekspektasi yang tidak terwujud ini, maka kita—di dalam anugerah Tuhan—dapat lebih siap melangkah dan mengikuti setiap proses perjuangan berikutnya dengan sigap. Semuanya berujung pada diri kita yang lebih berisi untuk pekerjaan yang lebih besar.


Photo by fzant on iStock

By the way, setelah melalui berbagai hal di Desa Silutung, maka persyaratan untuk mendapatkan "tiket" yang saya impikan sudah dapat dipenuhi. Semua yang terjadi membuat saya sampai di titik terlalu percaya bahwa Tuhan itu baik, dan pastilah yang diperbuat-Nya pun baik adanya walaupun ada kalanya saya tidak mengerti pada awalnya. Belajar dari pengalaman ini, saya jadi menyadari bahwa saya tidak perlu khawatir apakah penerbangan menuju mimpi itu bisa langsung sampai tujuan, atau harus transit—sebab tujuan akhirnya adalah hidup saya untuk kemuliaan Tuhan, dan saya dapat menikmati diri-Nya selamanya.

Pengalaman serupa mungkin juga pernah dialami oleh Ignite People. Kadang-kadang, kita seolah-olah dibuat memutar ke berbagai titik sebelum mencapai tujuan yang kita harapkan. Bukankah ini seperti yang disampaikan oleh Paulus dalam Roma 8:28-30?

"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.

Ayat di atas bukan berarti bahwa kita akan langsung memahami kehendak Tuhan sesegera yang kita inginkan. Sebagai manusia, kita tidak sanggup memahami kehendak Tuhan yang begitu luas dan dalam, apalagi untuk taat serta percaya kepada-Nya. Itulah sebabnya, kita membutuhkan waktu dan membangun relasi dengan Tuhan, agar kita dimampukan oleh hikmat-Nya dalam discern keputusan yang harus diambil, dan dikuatkan-Nya untuk menjalani pilihan tersebut dengan setia. Walaupun saat ini kita tidak mengerti dengan apa yang sedang kita alami atau telah putuskan, anugerah Tuhan memampukan untuk memahami maksud-Nya yang penuh kasih: tidak lain adalah untuk memuliakan-Nya melalui pengalaman hidup kita.

 

Photo by thapanee srisawat on Unsplash 

Bagaimana dengan "tiket" menuju tempat impian/mimpi Ignite People? Saya berdoa agar kita bisa lebih semangat dalam memenuhi "berkas-berkas" persyaratan keberangkatan dan lebih berani memercayakan waktu keberangkatan pada Tuhan kita, Yesus Kristus. ✨

LATEST POST

 

Film siksa kubur resmi tayang pada 11 April 2024, dan sebagai penikmat karya Joko Anwar, kami langsu...
by Ari Setiawan | 16 Apr 2024

Takut tambah dewasaTakut aku kecewaTakut tak seindah yang kukiraIgnite People, penggalan lirik lagu...
by Emmanuela Angela | 10 Apr 2024

GetsemaniDomba putih di penghabisan jagal Merah kirmizi di kandungan sengsara atas cawan yang kesumb...
by David Ryantama Sitorus | 10 Apr 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER