Burung Pipit, Apakah Kau Khawatir?

Best Regards, Live Through This, 06 June 2022
Burung Pipit, apakah hari ini kau akan kenyang? Tidakkah kau khawatir?

Hai Ignite People! Apa kabar kalian?


Ternyata, sudah hampir setahun aku ga menulis.

Sempat bingung mau menulis apa, akhirnya aku merasa rindu membagikan cerita ini untuk kalian. Bukan untuk “pamer”, tapi aku ingin sharing “Khawatir akan jawaban Tuhan, ternyata bikin malu ya.”


Dalam waktu-waktu belakangan, tiap pagi dan sore hari, aku duduk di sisi pintu utama rumah untuk menghirup udara segar sambil memandang langit dan para kawanan burung yang terbang kesana-kemari. Selalu ada keindahan dan kesejukan hati tiap kali memandang alam.


Tatap mataku tertuju tiap ada burung pipit yang singgah bertengger sambil berkicauan indah. Terlintas di pikiranku “Hai burung. Apa kamu khawatir?” Kalau kita tau, burung pipit yang hidup di alam bebas, umumnya makan biji padi, sedangkan setiap petani pasti akan menjaga supaya padi-padi yang ditanam ga habis dimakan. “Dapatkah burung itu merasa kenyang?”


https://pin.it/3X5fyVK


Sejak masih kuliah, menjadi kekhawatiran untukku “Apa nanti aku bisa kerja? Pingin sih bisa kerja kantoran atau paling engga yang tetapan, tapi nyari pekerjaan bagi penyandang disabilitas kan ga gampang!” Sampai akhirnya, aku menyelesaikan kuliah hanya untuk kelulusan dan dapat gelar.


Nyatanya, Tuhan ga menampik kekhawatiranku gitu aja. “Jangankan menjawab, kayaknya Tuhan ga dengar seru doaku!” Bahkan, setelah lulus pun sama sekali ga ada harapan dan peluang untuk bekerja.


Papa mama dan banyak dari keluarga besar ngusulin dan support aku untuk berjualan online dengan sistem dropship (sebuah sistem bisnis untuk seseorang yang pingin jualan online tanpa melakukan stok barang). Namun, bagiku itu ga ngasih solusi. Berbagai bidang dropship udah aku coba, mulai dari mainan-mainan yang dijual om dan tante di toko mereka ; jaket, helm, dan sepatu dari suatu toko online yang tidak kukenal pemiliknya ; hingga makanan seperti kue-kue dan daging, tetapi semua hasilnya NIHIL! Penjualan justru sering rugi akibat harga yang kuterapkan terpaksa harus rendah biar ga kalah saing, jumlah pembeli yang cukup banyak hanya pada awal-awal penjualan, perhitungan keuangan penjualanku yang kurang baik, serta sering terjadinya kesalahan yang kulakukan secara ga sengaja.


Dibilang “stess”, PASTI!


“Aku kan anak sulung, jadi rasanya ada tanggung jawab yang lebih besar untuk bekerja. Kalo engga, dari mana aku dapat uang? Walaupun papa mama ga menuntut aku kerja, tapi seiring berjalannya waktu, umur mereka juga semakin bertambah, gimana nanti kalo suatu saat mereka udah ga kerja? Lagipula apakah aku akan terus-terusan bergantung dari penghasilan orang tua? Teman-temanku aja udah membiayai keluarga, udah berkeluarga sendiri, dan banyak yang udah sukses.”


Di saat itu, rasanya Tuhan malah mau ngajak “main-main”. Bukannya jawab pergumulanku biar bisa dapat kerja yang tetap, Tuhan justru bukain pintu biar aku bisa pelayanan di gereja. Kalo direnungi “Iya juga sih, dari waktu masih SMP kan aku pingin bisa pelayanan di gereja.”


Oleh karena juga rindu pelayanan, aku ambil kesempatan pelayanan itu. Meskipun waktu terjun untuk pelayanan, aku betul-betul bukan orang yang percaya diri. Saat orang lain justru yakin kalo seorang Regina punya bakat tersebut dan bisa ngelakuinnya, diri ini justru minder atas ketidaksempurnaan dan kebutuhan khusus ini.


Selama 2 tahun semenjak kuliah dan hingga sekarang, Tuhan masih ngasih kesempatan buat aku pelayanan di gereja. Bukan hanya satu, tapi Tuhan buka jalan dan memampukanku pelayanan di berbagai bidang. Bahkan, semenjak pandemi, Tuhan juga ngasih kesempatan buat melayani sebagai pendamping di Sekolah Minggu yang dilaksanakan secara online.


“Tuhan, terus apa aku ga kerja?”


Ga dipungkiri, walaupun aku bersyukur akhirnya bisa pelayanan, hatiku rasanya tetap resah karena sampai masa-masa quarter life crisis ini, aku juga belum juga dapat pekerjaan. Pergumulan ini juga yang kuceritakan saat sharing pada suatu breakout room persekutuan online Komisi Dewasa Muda gereja.


Selang 2 hari kemudian, tiba-tiba aku dapat informasi kalo kabarnya salah seorang tante di gereja cerita jika di kantornya lagi buka lapangan kerja untuk kaum penyandang disabilitas dan beliau teringat diriku. Perasaanku langsung bercampur aduk antara ga percaya, terharu, dan jadi ga sabar. Ga lama kemudian, aku dihubungi. Ditanyakannya apa yang bisa kulakukan. Walaupun sempat ada keraguan dari orang tua kalo aku harus bekerja ke kantor mungkin cukup rumit, tapi akhirnya sekarang aku kerja di suatu perusahaan pembiayaan sebagai Human Capital, yang ternyata diperbolehkan bekerja sepenuhnya dari rumah.


Dari situ Tuhan ngomong sama aku “Bukankah kamu bisa cerita apa yang bisa dilakukan karena sebelumnya Aku udah ngasih bekal pengalaman-pengalaman dalam berbagai pelayananmu?” Sebab, saat di jenjang pendidikan, aku ga dapat pengalaman-pengalaman untuk prakteknya.


Dari sinilah aku jadi bisa bersaksi tentang-Nya!


Burung pipit yang kecil dikasihi Tuhan.

Terlebih diriku dikasihi Tuhan.

Sepenggal lagu sederhana yang mengingatkanku bahwa burung pipit yang sekecil itu aja Tuhan pelihara, bagaimana aku yang adalah seorang manusia, yang hakikatnya diciptakan serupa dengan-Nya?


Matius 6:26

Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?


Masihkah kita khawatir akan hari esok?

LATEST POST

 

Bila hati terasa berat Tak seorang pun mengerti bebanku Kutanya Yesus Apa yang harus kuperbuat  ...
by Yessica Anggi | 22 Mar 2024

Entah mengapa, tapi ego itu begitu menggoda diri manusia. Ego untuk menguasai, untuk menja...
by Markus Perdata Sembiring | 19 Mar 2024

Keraguan adalah salah satu hal yang sering terjadi di dalam kehidupan kita sebagai manusia. Keraguan...
by Immanuel Elson | 14 Mar 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER