Belajar Menghilangkan Karakter "Selfish" dalam Pelayanan

Best Regards, Live Through This, 04 July 2020
It’s not about me, but It’s all about YOU, GOD.

Selfish. Mungkin kata tersebut tidak terlalu asing di telinga kita. Beberapa waktu yang lalu sampai saat ini, selfish menjadi budaya sejumlah orang. Hidup untuk diri sendiri, egois dan tidak mempedulikan orang lain; contoh yang saya jumpai, ketika antri untuk naik Transjakarta, berapa banyak orang yang tidak mempedulikan orang lain di sekitarnya hingga ingin cepat-cepat masuk ke dalam bus supaya dapat tempat yang nyaman? Prinsip dari selfish ialah yang penting saya cepet sampai, yang penting saya nyaman, yang penting saya sukses, yang penting saya terkenal. Dalam selfish tidak ada prinsip mempedulikan yang lain.

Pertanyaannya bagi setiap kita, bagaimana dalam komunitas pelayanan? Tentu saja kita semua tahu bahwa dalam melayani, kita tidak boleh menganut asas selfism. Pelayanan bukan berbicara tentang kita dan diri kita sendiri, pelayanan berbicara tentang rekan, tentang orang lain. Dan yang paling penting, pelayanan berbicara tentang Tuhan. Kita semua sama-sama tahu kalau dalam melayani Tuhan, tidak boleh mementingkan diri sendiri. Mengapa? Ya, iyalah nanti pelayanannya susah jalan, nggak ada yang mau pelayanan. Cukupkah hal itu dijadikan dasar kita dalam melayani? Tentu saja tidak.

Dasar kita tidak boleh mementingkan diri sendiri dalam melayani ialah karena Tuhan telah memberikan teladan bagaimana Ia sendiri tidak melayani dengan mementingkan diri sendiri. Yohanes 13:4-5 mencatat akan hal ini. Ayat 4 dan 5 menuliskan bahwa Tuhan Yesus justru mengambil peran sebagai seorang budak. Pada waktu itu budak tidak hanya membersihkan dan membereskan rumah tuannya. Budak juga wajib berdiri di depan pintu untuk membasuh kaki para tamu yang akan datang ke rumah itu.



Tuhan Yesus justru menunjukkan di hadapan para murid bahwa sekalipun Ia guru dan banyak orang yang mencari serta membutuhkanNya, tapi Dia rela merendahkan diri untuk melayani para murid-muridNya. Sangat ironi jika kita bandingkan di pasal sebelumnya. Pasal 12 mencatat bahwa Tuhan Yesus diurapi dan dielu-elukan (ay. 3&12). Di pasal ini, Tuhan Yesus dianggap sebagai sosok yang begitu penting layaknya seorang raja dan penguasa. Akan tetapi keadaan yang terbalik justru  ada di pasal setelahnya. Di hadapan para murid-Nya, Tuhan Yesus menjadi budak! 

Inilah teladan yang Tuhan berikan kepada kita. Bisa saja dengan statusnya sebagai Maha Guru dan orang yang berpengaruh itu, Tuhan Yesus sibuk dengan kepentingannya pribadi. Tapi pada kenyataannya tidak! Tuhan Yesus tidak memikirkan dirinya sendiri! Dari Tuhan yang Maha Kuasa menjadi manusia yang tidak maha kuasa bahkan menjadi budak yang tidak maha kuasa dan tidak berdaya.

Ketika melayani, Tuhan Yesus tidak mencari kepentingan, keuntungan dan ketenaran dirinya sendiri (Filipi 2:6-8). Bukan kepentingan diri sendiri yang Tuhan Yesus cari ketika Ia melayani! Inilah sesungguhnya dasar dari kita melayani. Fondasi kita melayani Tuhan bukan untuk cari kepentingan diri sendiri, tapi karena Tuhan telah terlebih dahulu memberi teladan melayani setiap manusia yang berdosa.

Tuhan Yesus berangkat dari titik tertinggi menuju titik yang rendah, bahkan paling rendah. Tuhan Yesus  turun dari takhta menuju dunia yang hina dan fana. Yesus dari Allah menjadi manusia. Dari manusia jadi budak. Dari budak hingga mati disalibkan. Inilah contoh yang Tuhan Yesus berikan. Bukan berbicara mengenai kenyamanan dan kepentingan diri sendiri. Tapi berbicara tentang melayani orang lain dengan kerendahan hati yang begitu rupa. Inilah yang menjadi dasar kita untuk melayani.



Kerendahan hati dalam melayani sesungguhnya dimulai ketika kita memiliki gambaran yang tepat atas diri sendiri di hadapan Tuhan dan sesama. Jangan pernah katakan kita telah melayani kalau:

a.Dalam pelayanan kita masih suka hitung-hitungan. Si A nggak pernah kerja, sementara saya kerjanya banyak.

b.Dalam pelayanan kita masih suka saling iri hati. Kenapa dia bisa jadi ketua, kenapa dia bisa dikasih pelayanan banyak, dsb.

c.Dalam pelayanan kita masih mencari ketenaran bagi diri sendiri. Iya dong acara HUT-nya sukses, kan karena gue ketuanya. Siapa dulu sie acaranya.


Mari kita melayani sebagaimana Tuhan telah memberikan kepada kita teladan terlebih dahulu. Pelayanan bukan berbicara tentang diri kita, kepentingan dan kenyamanan kita. Pelayanan berbicara tentang Tuhan. It’s not about me, but It’s All About YOU GOD.

LATEST POST

 

Bila hati terasa berat Tak seorang pun mengerti bebanku Kutanya Yesus Apa yang harus kuperbuat  ...
by Yessica Anggi | 22 Mar 2024

Entah mengapa, tapi ego itu begitu menggoda diri manusia. Ego untuk menguasai, untuk menja...
by Markus Perdata Sembiring | 19 Mar 2024

Keraguan adalah salah satu hal yang sering terjadi di dalam kehidupan kita sebagai manusia. Keraguan...
by Immanuel Elson | 14 Mar 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER