Aku Mencintai Aku Apa Adanya

Best Regards, Live Through This, 19 July 2019
bukan, bukan lagi soal orang lain, soal kita, kita yang menyakiti diri sendiri dan mencoba mencintai orang lain...

Aku Mencintai Aku Apa Adanya


"Aku mencintai aku?"


Yuppp!

Kita mungkin lebih sering mendengar kalimat,

"Aku mencintai kamu apa adanya," 

bukan "Aku mencintai aku apa adanya."

Dunia lebih sering berbicara tentang kita yang harus sebaik mungkin mencintai orang lain. Mencintai dunia agar dunia menjadi lebih baik. Orang dengan mudahnya menerima kesalahan orang lain kemudian memaafkannya, daripada menerima kesalahannya sendiri dan berdamai dengan dirinya sendiri. Banyak orang justru larut di dalam penyesalan.

Artikel ini enggan berbicara tentang bagaimana cara teman-teman untuk mencintai teman, sahabat, pacar, orang tua, atau bahkan semua orang dengan lebih baik. Ini berbicara soal diri kita sendiri. Sadarkah kita, bahwa kita sering melukai diri kita sendiri dengan tuntutan kita, seakan-akan kita harus jadi sempurna, dengan makian yang kita lontarkan di depan cermin untuk kesalahan kecil yang kita perbuat?

Sadarkah kita bahwa kita sendiri yang menggoreskan luka di dalam hati kecil kita, ketika kita tidak mampu mengampuni diri kita sendiri?

Image by Brian Patrick on Unsplash

Mencintai diri sendiri akan terasa sangat sulit bahkan sangat menyakitkan untuk kita yang terbiasa untuk mendahulukan kepentingan orang lain, untuk kita yang takut menyakiti perasaan orang lain, untuk kita yang mencoba menyenangkan semua orang. 

Yups, I feel you guyss!! 

Aku pun terbiasa dengan hal-hal di atas. Sejak kecil aku terbiasa untuk mengalah, untuk mengedepankan perasaan dan kepentingan orang lain bahkan dari hal sesepele rebutan mainan. Sadar tidak sadar, aku tumbuh menjadi seorang yang sangat tertutup akan perasaanku sendiri. Saat aku marah kepada orang lain, aku akan memilih untuk memendam kemarahan itu karena aku takut menyakiti mereka. Kalau aku sakit hati aku hanya akan berusaha sebisa mungkin menahan perasaan itu hingga aku sampai di kamar dan kemudian dapat menangis semauku. 

Bukan hanya itu, aku tumbuh menjadi orang yang payah untuk berkata "tidak" untuk hal yang aku anggap masih mampu aku lakukan. Hasilnya? Aku kurang tidur, kurang istirahat, sampai aku benar-benar sakit sampai harus bedrest, bagian terparah dari semuanya itu adalah ketika aku lupa untuk menyediakan waktu untuk diriku sendiri dan aku harus mengalami introvert hangover selama hampir 2 bulan.

Image by Benjamin Zanatt on Unsplash

Apa sih Introvert Hangover?

Ini adalah kondisi di mana seorang introvert merasakan efek kelelahan akibat interaksi sosial. Kelelahan ini tidak hanya mempengaruhi fisik tapi juga mental.

Jadi, apa saja yang aku rasakan waktu itu? Aku merasa tidak ingin berbicara dengan orang lain, kontak fisik dengan teman, bahkan aku cenderung menjadi seorang yang pasif di sekolah di mana aku dikenal sebagai seseorang yang ceria setiap harinya. Aku merasa lelah tanpa alasan, aku menghindari keramaian, bahkan aku sering terkena flu tiba-tiba padahal cuaca sedang baik dan aku tidak dalam kondisi kelelahan. Aku juga mengubah pola tidurku, pola makanku, dan kepalaku juga sering sakit tanpa alasan.

Saat itu, dunia seakan selalu muram setiap harinya. Aku bahkan tidak lagi memiliki semangat untuk apapun. Semua terasa melelahkan dan yang saat itu yang aku inginkan hanya berdiam di rumah sendiri. Sampai aku sadar, aku mengalami introvert hangover. Akupun sadar, ini semua terjadi akibat ketidakpedulianku terhadap diri sendiri.

Setelah pengalaman itu, rasanya tidak ada yang berubah, aku tetap menjadi seseorang yang terus-terusan menyakiti dirinya sendiri tetapi kemudian berusaha mencintai dan menyenangkan semua orang. Tapi percayalah, kita semua akan sampai pada titik dimana kita lelah untuk mencoba terus menyenangkan orang lain, titik jenuh untuk terus menuntut diri sendiri, sampai akhirnya kita tidak mampu mencintai siapapun, tidak dengan orang lain, apalagi diri sendiri.

Jadi... Apakah kita tidak perlu mencintai orang lain dan cukup menjadi manusia egois saja? Tentunya bukan itu yang aku maksud. Yuk kita baca:


"Matius 22:39 (TB)  Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."


Bukankah itu artinya, mencintai diri sendiri sama pentingnya dengan mencintai orang lain? Kalau begitu, gimana caranya kita mencintai diri kita sendiri? Kita lakuin step by step yuk!

Image by Garidy Sanders on Unsplash

1. Get to know yourself more and more!

Sama seperti kalau kita lagi suka sama seseorang, pasti kita mau tahu kan dia sukanya apa, dia itu orangnya gimana. Nah, Sama diri kita juga harus seperti itu dong! Bagaimana kita mau memahami orang lain kalau kita belum paham sama diri kita sendiri? Contohnya :

Aku itu termasuk orang yang introvert atau extrovert ya? 

Kalau teman-teman adalah seorang introvert, sadarilah kalian memang butuh mengisi energi lebih sering dari teman-teman extrovert untuk berada di keramaian dan berinteraksi dengan orang lain. Jadi, me time itu adalah hal yang wajib untuk kita, nah intensitasnya sesuai sama teman-teman sendiri. 

Kalau teman-teman adalah seorang extrovert, sadarilah bahwa kalian memang butuh teman curhat lebih intens dari teman-teman introvert. Jadi, kalau memang butuh cerita, cobalah untuk ungkapkan apa yang kalian rasakan!

Image by Steffano Polio on Unsplash

2. None of us is perfect, so are you!

Sadar ataupun tidak, kita sering marah sama diri kita sendiri karena melakukan suatu kesalahan kecil. Apalagi, kalau kesalahan kita itu merugikan orang lain! Seakan-akan semua orang itu sempurna dan cuma kita yang berdosa. Nyatanya, semua orang melakukan kesalahan dan jangan lupa bahwa mengampuni diri sendiri sama baiknya dengan mengampuni orang lain. 

Kita bisa menjadi lebih baik tanpa harus terus-terusan menyalahkan diri sendiri, caranya?

Admit it if you're wrong and apologize!

Mengakui kesalahan kita dan meminta maaf menunjukkan bahwa kita adalah pribadi yang rendah hati dan mau berubah (jadi pasti ada tindakan aktif selanjutnya!).

Find the value and learn from it!

Pasti ada suatu hal yang bisa diambil dari setiap tindakan yang kita lakukan meskipun itu salah. Nah kalau sudah menemukan? Teman-teman bisa belajar dari hal itu. Bukankah hal ini lebih baik ketimbang teman-teman terus larut dalam penyesalan dan justru tidak berubah?

Image by Bart Larue on Unsplash

3. I love myself, for who I am!

Langkah terakhir nih! Kalau kita sudah mengenal diri kita sendiri, kita sudah mampu berdamai ketika kita melakukan kesalahan, sekarang waktunya kita menerima dan mencintai diri kita apa adanya. Nah, sadar ataupun tidak, kita sering menyiksa diri kita sendiri hanya untuk mengikuti pergaulan sosial kita.

Contohnya sesederhana kita berlomba merubah diri kita dengan berbagai macam cara agar kita serupa dengan apa yang diinginkan dunia pada saat ini (eyelash extensions, lip filler, dll). Tidak ada yang salah dengan itu, tapi kalau tanpa itu semua kita menjadi insecure dengan diri kita sendiri, yuk kita coba mencintai diri kita apa adanya! Kita semua sama manisnya di hadapan Allah.

Nah, sekarang waktunya kita sama-sama berproses untuk lebih mencintai diri kita sendiri dan tentunya jangan berhenti mencintai sesama kita! Tuhan pasti membantu setiap proses kita, terlebih karena Tuhan lebih dahulu mencintai kita semua!


With love,

Cristy Kirana


LATEST POST

 

Bila hati terasa berat Tak seorang pun mengerti bebanku Kutanya Yesus Apa yang harus kuperbuat  ...
by Yessica Anggi | 22 Mar 2024

Entah mengapa, tapi ego itu begitu menggoda diri manusia. Ego untuk menguasai, untuk menja...
by Markus Perdata Sembiring | 19 Mar 2024

Keraguan adalah salah satu hal yang sering terjadi di dalam kehidupan kita sebagai manusia. Keraguan...
by Immanuel Elson | 14 Mar 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER