What can you do to promote world peace? Go home and love your family. – Mother Teresa
Seperti kata Pengkhotbah,
“Keturunan yang satu pergi dan keturunan yang lain datang, tetapi bumi tetap ada.”
Dinamika kehidupan keluarga tetap menjadi pergumulan dari masa ke masa.
Demikian Alfred Adler, tokoh besar dalam ilmu psikologi, mengungkapkan bahwa seorang anak yang lahir dari rahim seorang wanita juga menunjukkan fakta bahwa manusia adalah makhluk sosial yang hidupnya tergantung dengan sebuah relasi. Pun ketika ditarik kembali, para orang tua dengan sadar bahwa pembentukan sebuah keluarga juga terjadi atas dasar ikatan relasi dan keputusan dari masing-masing keduanya. Yups, tentu jauh sebelum sang anak tak dapat memilih pada keluarga mana nantinya ia ingin dilahirkan,
Idealnya, keluarga menjadi lingkungan pertama bagi manusia untuk belajar membangun dan memaknai sebuah relasi serta berbagi nilai dasar kemanusiaan dalam rangka menuju lingkaran sosial yang lebih luas. Bahkan, Kekristenan bersaksi kepada kita bahwa kehidupan iman di dalam Yesus Kristus dimulai dari lingkup keluarga, misalnya kehidupan jemaat mula-mula hingga jemaat diaspora yang sangat memusatkan integrasi kehidupan rohani pada lingkaran keluarga.
Namun ironisnya, kita tahu bahwa sangat jarang kita dapati keluarga dengan bangunan relasi yang sempurna. Bahkan, dalam geliat kehidupan keluarga masa kini, sering kita jumpai tegangan-tegangan hingga berbagai kerentanan yang senantiasa hadir (entahlah itu fenomena yang kita lihat dari layar media sosial kita, maupun realitas neighborhood kita?).
Nah Ignite People, sayangnya, keluarga yang seharusnya menjadi tempat awal untuk membangun relasi serta menjadi tempat awal untuk berbagi nilai-nilai Kekristenan, justru seringkali menghilangkan makna tentang apa itu relasi yang sesungguhnya. Makna relasi dirusak dengan berbagai kekerasan yang terjadi dalam dinamika kehidupan keluarga. Misalnya sering kita jumpai berbagai bentuk kasus kekerasan baik fisik maupun verbal, pelecehan, bahkan hingga aksi-aksi yang menyebabkan kematian. Tentu, ini jauh dari gambaran ideal panggilan hidup keluarga Kristen di dunia. Kenyataan-kenyataan seperti ini pada akhirnya selalu memutuskan koneksi sekaligus relasi antar keluarga. Maka, tidak jarang problema-problema seperti ini menyisakan luka yang mendalam bagi setiap keluarga (daddy issue, Oedipus/Cinderella Complex, birth order, dll).
Meskipun realitas menunjukkan kepada kita betapa setiap keluarga memiliki ketidaksempurnaan, kita tetap harus bermimpi akan sebuah keluarga Kristen yang sesuai dengan apa yang Allah kehendaki. Atau setidaknya, bagaimana sih respons bijak kita terhadap situasi keluarga yang sedang berjalan saat ini dengan naik turun dinamika serta ketidakutuhannya?
Untuk itu Ignite People, yuk! Mari tuangkan harapan-harapan kita sebagai keluarga Kristen yang dipanggil untuk saling melengkapi dan menopang satu sama lain!
Cara berkontribusi sangat mudah kok,
Selamat memasuki bulan keluarga, selamat berkarya!
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: