Hanya karena mereka diam bukan berarti mereka baik-baik saja. Bisa saja, mereka sengaja diam karena takut tidak didengar jika bersuara. Bisa saja mereka diam karena merasa diri mereka tidak sepenting yang lain. Bisa saja mereka diam karena sedang memberi tempat untuk lain dan rela diri mereka terlupakan.
Silent warrior – tidak bisa dipungkiri gereja dan pelayanan tentu tidak jauh dari fenomena itu. Di saat banyak orang berlomba-lomba mencari nama di ‘panggung’ gereja, namun nyatanya ada juga pelayanan-pelayanan yang tidak menghasilkan 'nama'.
Jujur saja, dalam lingkup gereja memang ada beberapa pelayanan yang kurang mendapat apresiasi. Ya, memang bukan tentang kita, tetapi bukankah kita diajarkan untuk saling menghargai sebagai sesama umat?
***
Dari tema ed letterr Silent Warrior ini, saya ingin menceritakan soal pelayanan literasi (mungkin tidak semua bisa dibilang silent warrior, walau bisa juga seperti itu karena keberadaannya di belakang layar, tidak nampang di depan, porsi terlupakan lebih sering).
Berikut ini adalah sedikit curahan hati saya tentang pelayanan yang sedang saya jalani di bidang literasi. Jujur, saya pribadi cukup bergumul ketika dipilih untuk menjalankan majalah digital (divisi baru) di salah satu gereja.
Pergumulan pribadi saya adalah karena saya memang sudah tidak mau menjadi pengurus di saat-saat ini. Tetapi kenapa saat itu (hingga sekarang, masih berjalan) Tuhan panggil? Maka Tuhan pasti punya maksud. Dengan mempertimbangkan banyak hal, akhirnya saya mengiyakan panggilan tersebut.
Membangun sebuah divisi baru, dan hanya sendiri, tentu tidak mudah. Namun, untung tidak sampai membuat saya ingin give up. Merasa kecil hati pernah, menangis karena tidak ada yang respon juga pernah, dan rasanya hanya sendiri saja. Mau dibilang baper ya baper aja sih.. Memang keadaannya tidak mudah.
Dan yang paling sulit dari pelayanan ini adalah adanya rasa iri terhadap divisi lain yang sepertinya sudah lebih mapan, lebih banyak orang, lebih dianggap penting dan sebagainya. Keadaan seperti ini beberapa kali bikin saya ingin menjauh. Nggak pengen datang kegiatan apa pun. Berkali-kali rasanya begitu.
Keadaan itu pula yang juga membuat saya mudah menghakimi divisi lain. Yang sepertinya mereka enak, manja dan sebagainya, padahal sudah banyak orang yang terlibat tapi masih mengeluh ini-itu.
Tapi akhir-akhirnya, Tuhan selalu setia. Dia terus yang mengingatkan saya bahwa Dia tidak akan meninggalkan. Saya berusaha tetap semangat dan rajin, walaupun saya tahu, mungkin majalahnya dibaca sedikit umat. Namun, saya berusaha setiap bulan menghadirkannya dan memelakukan broadcast pengumumannya dengan kata-kata seolah majalah ini "penting". Awalnya, memang tidak mudah. Awalnya gentar. Siapa gue, dan apakah mereka memperhatikan? Itu jadi poin yang sangat berat. Tapi tetep diantepin aja. Kontakin orang-orang buat berkontribusi tiap bulan meski mereka nggak tahu ini tuh majalah apa.
Namun Tuhan sungguh teramat baik. Setiap kali ada rasa kecewa, Tuhan kasih penghiburan. Ada beberapa orang yang Tuhan kirim untuk mengolong. Walau juga tidak segimana tapi Tuhan menepati janjiNya untuk memperlengkapi mereka yang diutus.
***
Ignite People, ada orang-orang yang melayani di panti jompo, ada orang-orang yang menjadi relawan, ada orang yang membantu orang yang kesusahan di jalan. Mereka tidak selalu dihargai, mereka melakukan hal yang mungkin banyak orang enggan melakukan. Jujur saja, menyediakan waktu untuk menemani oma-oma ngobrol? Berapa banyak dari kita yang mau? Namun, Tuhan pakai mereka untuk memberkati orang-orang ini. Banyak hal yang tidak bisa tersampaikan hanya dari atas mimbar. Dan kasih yang sesungguhnya adalah bagaimana kita memperlakukan sesama kita.
Mari, kita tidak hanya menjadi orang yang pandai berkotbah dan berbicara bahwa “pelayanan untuk Tuhan” tapi menutup mata pada teman-teman yang juga sudah melayani habis-habisan. Yuk, jadikan momen ini kesempatan untuk menilik mereka-mereka yang menjadi silent warrior di lingkunganmu. Tidak ada yang salah dengan menawarkan bantuan, tidak ada yang salah dengan menanyakan keadaan mereka. Hanya karena mereka diam, bukan berarti mereka baik-baik saja. Bisa saja, mereka sengaja diam karena takut tidak didengar jika bersuara. Bisa saja mereka diam karena merasa diri mereka tidak sepenting yang lain. Bisa saja mereka diam karena sedang memberi tempat untuk lain dan rela diri mereka terlupakan.
Buat teman-teman yang saat ini menjadi silent warrior di lingkungan kerja, tempat tinggal atau gereja, tetap semangat! Kita bisa memiliki kekecewaan dan rasa lelah. Namun, kita tidak pernah benar-benar sendirian. Apa pun yang kita sedang kerjakan, kiranya Tuhan senantiasa menyertai dan teman-teman tetap bisa memiliki hati yang terus memandang pada Dia, amin.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: