Perempuan Merangkul Laki-laki: Mengendalikan Selera (Pt.2)

Best Regards, Live Through This, 26 January 2023
Kita semua perlu mengendalikan selera dan ekspektasi kita mengenai kedatangan dan kehadiran kasih karunia Tuhan, agar kita sadar bahwa kita telah dikasihi Tuhan dengan cara yang unik. Kesadaran sederhana ini mampu membuat kita merasakan belas kasihan dan kemurahanNya.

Baca bagian sebelumnya di sini.


Malam Natal tahun lalu menjadi titik awal kesadaranku bahwa aku tidak berhak menghakimi orang lain yang menyakitiku. Meski aku memandang si cowok telah berdosa karena mengecewakanku, aku sering lupa bahwa Tuhan mau menghampiriku, orang yang (paling) berdosa. Sekarang, apa yang harus aku lakukan? pikirku dengan kalut.

Sejujurnya, perselingkuhan dan kekerasan yang pernah aku alami di masa lalu membuatku sangat bergumul dalam upaya membangun relasi—sampai-sampai aku hampir bunuh diri. Penderitaan yang aku alami menumbuhkan mindset bahwa pasanganku harus gemar melayani Tuhan, agar dia tahu mengenai firman Tuhan dan dapat menerapkannya bahwa kasih dan kesetiaan merupakan nilai keagamaan yang harus diterapkan. Namun, mungkin keinginanku itu berasal dari ketakutan terhadap relasi yang tidak aman. Aku merasa akan lebih aman ketika pasanganku juga punya value yang sama denganku, setidaknya dengan tidak melakukan kekerasan dan pengkhianatan padaku.

Masalahnya, apakah aku bisa aman dari kekerasan dan perselingkuhan jika dalam permasalahan, dia langsung silent treatment, bahkan ngeblock?

Jujur saja, aku tidak merasa yakin bahwa relasiku dengan si cowok itu akan membawakan kehangatan cinta yang indah seperti yang kuinginkan. Namun, karena ke-trigger dengan khotbah Pendeta di malam Natal lalu, aku tetap merespons perenungan firman Tuhan itu dengan suatu pernyataan atas ungkapan rasa kasihku dan ajakan untuk berdamai yang kusampaikan padanya lewat chat LinkedIn pada hari Natal dan Tahun Baru, 

“Maafkan aku jika tidak sopan. Maafkan aku jika aku mengganggumu. Aku mau menghampirimu. Aku mau mengasihimu dengan kasih Tuhan. Aku juga sedang mempersiapkan diri untuk menyambut kehadiranmu dalam kehidupanku. Maukah kamu memaafkan kesalahanku? Maukah kamu berdamai denganku?”

Namun, dia tetap diam seribu bahasa. Aku pun tidak kunjung di-unblock. Aku jadi penasaran mengenai kehendak Tuhan yang sebenarnya ada di balik khotbah Pdt. Daud pas malam natal. Bagaimana tidak? Aku sudah mencoba untuk mengaplikasikan firman Tuhan, tapi, relasiku tetap stagnan.

 

Photo by M. on Unsplash 


Ignite People, berapa banyak di antara kita yang sering bingung memilih jalan yang tepat ketika berada di persimpangan jalan kehidupan ini? Rasanya sulit untuk mengetahui kehendak Tuhan yang terbaik karena apa yang ada di depan mata kita tampak kabur. Kita takut untuk melangkah, tetapi diam saja juga tidak akan membawa kita kepada kehendak-Nya. Yah, mengetahui dan menaati kehendak Tuhan itu sulit, kan?

Syukur kepada Allah: Allah Bapa mengerti pergumulan kita ini. Melalui Yesus Kristus, Sang Firman kehidupan dan Anak Allah, kita memiliki teladan yang sempurna dalam mengetahui dan menaati kehendak Bapa.

Oke, memang Yesus adalah Firman yang berinkarnasi menjadi manusia, otomatis Dia tahu kehendak Bapa, dong? Toh Dia adalah Anak Allah!

Ehmmm... benar, tetapi  kita perlu mengingat kalau Yesus jugalah manusia, dan sebagai natur manusianya, Dia juga merasakan pergumulan  yang dialami oleh manusia—termasuk untuk mengetahui dan menaati kehendak Bapa. Nah, sekarang, mari kita coba searching frasa “Kehendak” pada fitur pencarian di aplikasi Alkitab kita. Di manakah situasi yang menunjukkan kehendak Bapa? Atau adakah Kristus menyampaikan suatu petunjuk mengenai kehendak Bapa?

  • Matius 3:13-17. Perikop ini menceritakan pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis. Mari kita perhatikan percakapan antara Yesus dan Yohanes.

3:14 Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: "Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?"

3:15 Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanespun menuruti-Nya.

Berdasarkan percakapan tersebut, aku dapat menyimpulkan bahwa kehendak Allah ialah Tuhan Yesus dibaptis oleh seseorang yang tidak layak memberi baptisan kepada-Nya. Ketidaklayakan Yohanes Pembaptis dalam membaptis Tuhan Yesus terwujud dalam ekspresi komunikasi dalam Matius 3:14, karena Yohanes memandang dirinyalah yang harusnya menerima baptisan tanda pertobatan.

  • Matius 6:5-15. Konteks dari perikop ini adalah tentang Doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Salah satu ungakapan dalam doa ini adalah agar kehendak Bapa di Bumi terjadi seperti di Sorga.

6:10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.

Kira-kira, kapankah Kerajaan Allah datang? Kristus bersabda dalam Matius 12:28, "Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu."

Dalam perenunganku, setan mengakibatkan seseorang untuk berteriak-teriak seperti seorang yang kerasukan, dan terus menggiringnya sampai seorang itu sampai pada tempat yang penuh ratap dan kertak gigi. Aku menganggap kondisi itu sebagai kondisi yang berlawanan dari kondisi kerajaan Allah. Ya, karena Kristus selalu bersabda bahwa orang yang jahat akan dicampakan ke dalam kegelapan yang paling gelap yang penuh ratap dan kertak gigi.

 

Dalam KBBI, ratap artinya meratap yang berarti menangis disertai ucapan yang menyedihkan; mengeluh (dengan menangis, menjerit, dan sebagainya). Namun, KBBI tidak mendefinisikan arti kertak gigi. Sementara itu, bidang kesehatan mengartikan kertak gigi sebagai kebiasaan seseorang yang terkena bruxism. Nah, jika pengusiran setan yang dilakukan Kristus adalah wujud dari kedatangan Kerajaan Allah, maka kehendak Allah ialah kita mengalami damai sejahtera dan ada penanganan serta pencegahan bruxism tersebut. 

  • Matius 9:9-13; Matius 12:1-8. Dalam dua perikop tersebut, Kristus mengajak kita untuk merenungkan suatu arti firman. 

9:13 Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."


12:7 Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah.

Artinya, Allah berkehendak untuk berbelas kasihan.

  • Matius 26:36-46 menceritakan pergumulan Tuhan Yesus di Getsemani beberapa jam sebelum vonis salib dijatuhkan. Di dalam natur kemanusiaan-Nya, Yesus berdoa agar segala sesuatu terjadi sesuai kehendak Bapa. 

26:39 Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."


26:42 Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"

Dari doa tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa kehendak Allah ialah sengsara Kristus untuk penebusan dosa dan keselamatan manusia. 


Photo by hangjia xu on Unsplash


Keempat refleksi di atas dapat disimpulkan demikian:

  1. Tuhan mau merendahkan diri-Nya agar kita yang tidak layak ini dapat melayani-Nya.
  2. Tuhan mau memberikan damai sejahtera dalam hidup kita. Dia ingin mengusir keadaan penuh ratap dan kertak gigi dalam hidup kita.
  3. Tuhan ingin berbelas kasihan.  
  4. Tuhan ingin menyelamatkan kita melalui penderitaan-Nya di kayu salib.


Ternyata, untuk mengetahui dan menaati kehendak Bapa tidak melulu tentang mendengarkan Firman saja. Aku belajar bahwa untuk bisa tahu apa yang jadi kerinduan Bapa, aku perlu membangun relasi pribadi dengan-Nya terlebih dahulu. Bagaimana aku bisa melakukan kehendak Bapa kalau aku tidak pernah secara serius berelasi dengan-Nya? Apalagi aku juga bergumul dengan masa lalu yang memengaruhi cara pandangku terhadap banyak hal, mulai dari relasiku bersama Bapa hingga selera dalam memilih pasangan hidup. Sekali lagi, selera itu sendiri tidak salah, tetapi apakah setiap list kriteria pasangan hidup (dan dalam berbagai hal lainnya) yang aku punya itu benar-benar yang Allah lihat aku butuhkan? Hm, memang kita perlu menguji terus, ya, apakah kita sudah hidup sejalan dengan kehendak Allah atau belum. Masih mau berjalan bersamaku di bagian ketiga seri Perempuan Merangkul Laki-Laki ini?


Bersambung

LATEST POST

 

Tuhan yang Maha KasihTidak ada pelukan semanis peluk-Mu,yang mampu melawan getir yang terkecapsaat h...
by Lapuma Angi | 27 Mar 2023

Hai, Ignite People!Mungkin Ignite People sudah tidak asing dengan ayat di atas. Namun, sejauh apa ki...
by Tobi Lim | 23 Mar 2023

“Kerja” dalam perspektif beberapa orang memiliki makna negatif. “Kerja” kera...
by Abel Pramudya Nugrahadi | 23 Mar 2023

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER